Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 07 Maret 2018

Tragedi Gelora Bung Karno//Hak Edukasi Anak di Tangerang//Keamanan Pejalan Kaki (Surat Pembaca Kompas)


Tragedi Gelora Bung Karno

Menjelang Asian Games XVIII Jakarta-Palembang 2018, Pemerintah Indonesia telah bekerja keras untuk mempersiapkan penyelenggaraan pesta olahraga ini. Selaku tuan rumah, Indonesia telah merenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno, merombak stadion akuatik, mempersiapkan atlet, memantau wisma atlet, dan sebagainya.

Saya mengapresiasi kinerja dan kesiapan pemerintah, terutama dalam renovasi stadion kebanggaan rakyat Indonesia nan bersejarah: Stadion Utama Gelora Bung Karno. Renovasi yang telah rampung 100 persen dan siap digunakan itu berbiaya Rp 769,7 miliar. Hampir seluruh aspek stadion telah diperbaiki dan ditambah: fasilitas bangunan, kualitas rumput, bangku penonton, pencahayaan, administrasi, dan sistem keamanan.

Namun, fasilitas di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang belum lama diresmikan Presiden Joko Widodo ini telah dirusak mereka yang tidak mau bertanggung jawab. Pada pertandingan persahabatan tim nasional Indonesia vs Islandia, kursi dalam stadion diinjak-injak dan mereka menaikkan kaki pada kursi di depan mereka seakan-akan tidak tahu cara duduk yang benar.

Contoh lain ketika pertandingan final Piala Presiden 2018 antara Persija dan Bali United. Penonton memanjat pagar pembatas, merusak loket penjualan, merusak gerbang masuk, membuang sampah sembarangan, dan menginjak tanaman di sekitar stadion.

Saya berharap melalui kejadian itu setiap warga negara belajar menghargai kinerja pemerintah dalam mempersiapkan Asian Games dan menjaga secara penuh stadion kebanggaan kita bersama. Kita harus bahu-membahu menjaga dan merawat Stadion Utama Gelora Bung Karno ini karena keberhasilan Asian Games nanti adalah sukses bersama, bukan hanya segelintir orang.

Christ Ivan Simanjuntak
Puspita Loka, Jalan Lili 2 BSD,
Tangerang Selatan, Banten

Hak Edukasi Anak di Tangerang

Selaku pelajar SMP dan warga Bintaro, saya ingin menyampaikan aspirasi kepada kepala Dinas Sosial Tangerang sehubungan dengan munculnya populasi pengemis di kawasan ini yang kebanyakan adalah anak- anak kecil.

Sering kali saya melihat keadaan sekitar setiap berada dalam kendaraan: banyak anak- anak kecil yang mengemis, meminta uang, dan mengamen. Seharusnya semua anak mendapatkan hak edukasi.

Dengan pendidikan, setiap anak dari berbagai golongan sosial kepadanya terbuka jalan untuk maju. Jika dia berlatar keluarga miskin, dengan pendidikan kelak dia bisa keluar dari jaring kemiskinan.

Salah satu faktor Indonesia belum bisa maju adalah kemiskinan. Saya berharap Dinas Sosial Tangerang menemukan solusi mengatasi pengemis yang anak-anak itu.

G Amalia
Jalan Pisok, Bintaro Jaya,
Tangerang Selatan, Banten

Keamanan Pejalan Kaki

Saya terbiasa jalan kaki dari rumah ke sekolah. Rumah dan sekolah saya berada di kawasan Tangerang Selatan. Dalam menempuh perjalanan, saya harus menyeberang jalan raya yang penuh mobil. Saya pasti akan menunggu lampu menyala merah sebelum menyeberang.

Namun, banyak kendaraan bermotor yang tak mematuhi aturan: berkendara sangat cepat dan menerobos lampu lalu lintas. Ini tentu membuat saya resah akan keselamatan diri setiap kali akan menyeberang untuk pulang-pergi sekolah. Dalam beberapa kejadian, saya hampir tertabrak kendaraan bermotor yangnyelonong.

Menurut saya, perlu kehadiran polisi untuk mengawasi tertibnya lalu lintas di sekitar perempatan. Polisi dapat membuat jadwal untuk menjaga ketertiban lalu lintas.

Andrew
Kecamatan Rawa Buntu,
Tangerang Selatan, Banten


Kompas, 6 Maret 2018


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger