Trajektori masa depan ini bisa dibahas dengan menggunakan beragam metode peramalan (forecasting method) yang dikembangkan oleh para pengkaji Future Studies, seperti Time Series, Delphi Method, Regression Analysis, Net Assessment, Scenario Building, dan Scenario Planning. Metode-metode tersebut dibuat terutama untuk mengatasi dua kesulitan utama dalam melakukan peramalan yaitu ketidakpastian dan kompleksitas isu.
Metode peramalan cenderung mudah dilakukan jika kita hanya menganalisis satu variabel yang berperan sebagai variabel bebas yang memengaruhi naik turunnya nilai satu variabel terikat. Harga minyak dunia di tahun 2030 bisa dengan mudah diramalkan jika kita hanya menetapkan pertumbuhan ekonomi dunia sebagai satu-satunya variabel yang berpengaruh.
Atau, estimasi waktu kapan Perang Dunia III pecah juga bisa ditetapkan jika kita hanya menganalisa pola perimbangan kekuatan antar negara yang menguasai 70 persen aset kekuatan maritim dunia. Atau, perkiraan besaran kemenangan Joko Widodo (Jokowi) di Pemilu 2019 juga bisa diramalkan dengan hanya melihat pola elektabilitas Jokowi. Jika metode biviariat dengan kontrol ketat terhadap dinamika variabel ini dilakukan, pada dasarnya yang akan kita lihat adalah angsa putih, yang memang cenderung mudah untuk dicari.
Angsa hitam
Metode peramalan akan menemukan tantangannya jika harus melakukan analisis multivariat dan masing-masing variabel bergerak tanpa pola (chaos). Yang dicari bukan lagi angsa putih tetapi angsa hitam yang hanya muncul di wilayah-wilayah tertentu dengan waktu kemunculan yang tidak terduga.
Untuk para analis intelijen dan militer, kompetensi akademik utama mereka adalah berburu angsa hitam. Kompetensi berburu angsa hitam ini tidak dilatih saat siang hari di musim panas di lapangan terbuka, tetapi dikembangkan pada saat badai salju di musim dingin di hutan yang masih perawan. Hasil analisis angsa hitam ini cenderung menghasilkan skenario terburuk (worst case scenario) berupa kemungkinan terjadinya pendadakan strategis dengan dampak kehancuran yang masif.
Di kajian Hubungan Internasional, salah satu trajektori yang sedang dikaji adalah peluang terjadinya Perang Dunia III antara Amerika Serikat-NATO, Rusia, dan China.
Dengan mengombinasikan beberapa variabel utama seperti pola perimbangan kekuatan antar negara besar, defisit perdagangan antar blok dagang, dan kematangan proses institusionalisasi politik global, para peneliti Hubungan Internasional membuat satu skenario terburuk yang mengarah ke membesarnya peluang pecahnya Perang Dunia III dengan trajektori sebagai berikut.
Yakni: (1) kekuatan maritim China akan melampaui kekuatan maritim AS, (2) defisit perdagangan AS-China akan mengarah kepada terjadi perang tarif dan perang dagang, (3) friksi antara AS dan Rusia di bekas negara-negara Uni Soviet, dan (4) kegagalan PBB dan organisasi-organisasi regional untuk secara nyata menyelesaikan konflik di negara-negara penghasil energi dan sumber daya mineral utama.
Skenario tentang Indonesia XXI juga bisa dihasilkan, misalnya, dengan mengombinasikan tiga variabel kunci seperti tingkat kematangan demokrasi, rasio gini, tingkat pertumbuhan ekonomi.
Satu kuadran skenario bisa memunculkan angsa hitam saat yang kita duga terjadi adalah krisis ekonomi yang diikuti dengan memburuknya rasio gini dan kegagalan demokrasi. Di kuadran ini, kemunculan angsa hitam memperbesar peluang Indonesia untuk menjelma menjadi negara gagal.
Namun, di kuadran yang lain, angsa putih muncul. Di kuadran itu, kita memperkirakan demokrasi akan semakin matang, rasio gini membaik, dan pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 7 persen. Kemunculan angsa putih memperbesar peluang terjadinya skenario terbaik yang akan memunculkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi global di tahun 2050.
Angsa mati
Dalam proses pembentukan skenario, angsa hitam dimunculkan untuk ditembak mati. Untuk mematikan angsa hitam, skenario yang ada akan menawarkan petunjuk metodologis bagaimana variabel-variabel kunci bisa diintervensi sehingga mereka tidak bergerak negatif ke arah kuadran skenario terburuk. Peluang pecahnya Perang Dunia III bisa diperkecil dengan melakukan beberapa tanggapan strategi seperti (1) menjaga perimbangan kekuatan antara AS dan China di Asia Pasifik, (2) konsolidasi liberalisasi perdagangan bebas antar blok dagang, dan (3) revitalisasi peran organisasi-organisasi internasional.
Skenario Indonesia bubar juga bisa dicegah dengan beberapa intervensi, yaitu (1) memastikan konsolidasi demokrasi terjadi, (2) pemerataan ekonomi dituntaskan, (3) investasi, belanja pemerintah, dan ekspor hasil industri ditingkatkan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar