Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 01 April 2018

Sulit Menyeberang//Kemandirian Industri Agro (Surat Pembaca Kompas)


Sulit Menyeberang

Sebagai pejalan kaki, saya ingin bertanya kepada pihak yang berwenang ihwal pengaturan arus kendaraan bermotor terkait lampu lalu lintas di Jalan Letnan Sutopo, Serpong. Tepatnya di depan Santa Ursula BSD.

Saat hendak menyeberang, kita tentu harus waspada terhadap kendaraan yang berlalu lalang. Oleh karena itu, diciptakanzebra crossing (tempat penyeberangan) dan lampu lalu lintas. Kehadiran keduanya diharapkan meningkatkan keselamatan semua pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengendara bermotor.

Namun, di depan sekolah Santa Ursula BSD pengaturan lalu lintas membingungkan. Tempat penyeberangan memang tersedia, tetapi lampu lalu lintas tidak berlaku bagi pengendara bermotor yang mengambil jalur lurus. Ia tidak perlu berhenti. Hal ini menyulitkan saya dan para pejalan kaki yang ingin menyeberang. Apalagi, kendaraan bermotor berlalu lalang dengan kecepatan tinggi.

Menurut saya, akan lebih baik jika lampu lalu lintas juga berlaku bagi para pengendara yang mengambil jalur lurus. Hal ini akan memudahkan para pejalan kaki menyeberang. Sebelumnya, lampu lalu lintas juga berlaku bagi para pengendara yang ingin mengambil jalur lurus. Tetapi, entah mengapa, penerapannya berubah menjadi seperti sekarang.

Saya mengapresiasi kebijakan yang dibuat karena saya percaya kebijakan diciptakan untuk membuat lingkungan lebih efektif dan efisien. Namun, saya bingung dengan tujuan kebijakan di lampu merah itu.

Vanessa Wiyono
Kecamatan Rawa Buntu,
Tangerang Selatan, Banten

Kemandirian Industri Agro

Industri agro untuk ekspor berbasis unggulan daerah perlu dikembangkan di seluruh wilayah Nusantara. Mengapa? Karena industri agro bersifat padat karya sehingga mampu menyediakan lapangan kerja sekaligus mendatangkan devisa. Apalagi investasi di industri agro tidak perlu besar, cukup membangun industri agro menengah dan kecil di daerah penghasil komoditas agro unggulan.

Salah satu bukti keberhasilan kemandirian industri agro adalah industri skala kecil cokelat batangan merek Chosik, ditulisKompas pada 26 Februari 2018 halaman 24. Chosik singkatan dari Choklat Sikka.

Industri tersebut mengolah kakao, produk agro unggulan daerah Sikka, Flores. Kehadiran Chosik meningkatkan kesejahteraan penduduk Sikka.

Masih banyak potensi unggulan serupa yang selama ini diekspor mentah tanpa diolah dengan harga jauh lebih murah, seperti karet, kopi, rumput laut, kelapa, dan teripang.

Oleh karena itu, program hilirisasi dan kemandirian industri agro harus dikembangkan di banyak daerah. Selain nilai komoditas menjadi berlipat, makin banyak pula tenaga kerja yang dilibatkan.

Untuk mengembangkan potensi negeri ini, perlu koordinasi dan sinergi, terutama inisiatif dari pemerintah daerah masing-masing. Pengembangan Chosik, misalnya, dibantu oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dari Jember, Jawa Timur.

Untuk keperluan pabrik, ada dukungan industri mesin besar dari PT Bharata dan PT Rekayasa Ind. Untuk industri kecil, ada IKM.

Selanjutnya, orang-orang Indonesia yang berada di luar negeri bisa membantu menggarap pasar ekspor.

Koordinasi untuk sinergi sebaiknya ditangani oleh lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Program harus diawasi, tidak boleh macet, dan terus ada evaluasi hingga sasaran tercapai.

Pembangunan infrastruktur yang sudah dirintis pemerintahan Presiden Joko Widodo perlu terus dilanjutkan karena bisa menunjang pengembangan industri agro yang pada akhirnya menggerakkan perekonomian di banyak daerah.

Dengan cara seperti itu kita bisa seperti China yang telah menjadi negara besar, tidak bergantung pada utang, dan dengan keuntungan pada seluruh mata rantai ekonomi, yang mengalir sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Suwadji Harjo Utomo

Perumahan Yadara Puluhdadi Caturtunggal, Sleman

Kompas, 31 Maret 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger