Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 02 April 2018

Pantun dan Bahasa Kita//Penipuan Daring//Persulit Pensiunan (Surat Pembaca Kompas)


Pantun dan Bahasa Kita

Melalui televisi, saya menonton peringatan Hari Pers Nasional yang diselenggarakan pada 9 Februari lalu di Padang. Sambutan selamat datang oleh seorang putra Minang diucapkan seluruhnya dalam bentuk pantun, sejak awal hingga akhir pidato.

Hadirin tersenyum dan menyimak kata-kata Indonesia yang dilafalkannya. Hanya nama merek mobil pada pidato itu dalam bahasa asing. Saya yakin, menemukan kata-kata yang tepat tentu butuh kecerdasan. Seorang putra Minang yang menyusun salah satu ensiklopedia Indonesia, Djamaludin Adinegoro, menerima penghargaan pada kesempatan tersebut.

Pantun dapat menghidup-hidupkan bahasa Indonesia yang benar. Para pendahulu kita memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II tahun 1928.

Orang asing hati-hati berbahasa Indonesia supaya benar. Kita pun perlu berhati-hati dalam menjaganya, antara lain dengan pantun.

Berikut ini yang saya ingat.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Titi Supratignyo, Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten

Penipuan Daring

Terkait dengan laporan utama Kompas, Kamis, 22 Maret lalu, tentang keamanan taksi daring yang lemah, saya setuju dengan simpulan laporan itu.

Saya pelanggan setia transportasi daring karya anak bangsa. Sudah tiga tahun saya melanggani Go-Jek Indonesia.

Pada 20 Maret lalu, saya mendapat telepon mengatasnamakan PT Go-Jek Indonesia, meminta saya menyebut nomor yang dikirim dari pihak Go-Jek. Saya akui saya lengah. Saya menyebut empat digit nomor tersebut. Ternyata pelaku penipuan mengambil data dari akun saya.

Si penipu menyuruh saya mentransfer sejumlah uang ke sebuah akun atas nama saya. Saat telah mentransfer bertahap sampai Rp 11 juta, saya masih terhubung dengan si pelaku di telepon. Si pelaku masih memerintahkan saya mengunduh akun Payfast.

Sementara minta si pelaku sabar menunggu saya mengunduh aplikasi itu, saya menghubungi PT Go-Jek Indonesia. Saya menginformasikan bahwa nomor telepon untuk akun saya disalahgunakan si penipu. Demikian halnya nomor telepon untuk akun atas nama saya yang memanfaatkan data dari akun saya yang pertama.

Pihak Go-Jek meminta saya sabar menunggu pemberitahuan lewat surel. Setengah jam kemudian pihak Go-Jek mengirim surel, yang menegaskan bahwa mereka tak bertanggung jawab dan tak akan kasih penggantian. Alasannya, apabila saya sudah memberi empat digit nomor saya, semua transaksi merupakan tanggung jawab saya.

Saya menelepon Halo BCA meminta bantuan. Pihak BCA mengatakan transaksi virtual via Gopay tak terlacak.

Saya lalu mendatangi kepolisian daerah (polda) membuat laporan. Keesokan harinya saya mendapat surel bahwa akun saya telah di-reset dan dapat kembali digunakan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pihak Go-Jek tidak dapat melakukan hal tersebut pada akun saya dan akun si penipu saat kejadian, yaitu ketika saya menyampaikan aduan kepada Go-Jek. Apakah Go-Jek tak dapat membekukan akun yang sudah menerima transfer via Gopay dari saya? Saya sadar uang saya tidak akan kembali.

Saya hanya berharap si pelaku penipuan dapat ditangkap sehingga pengguna lain tidak mengalami kejadian serupa.

Yunita, Bekasi, Jawa Barat

Persulit Pensiunan

Pada 1 Februari lalu saya mengambil uang pensiun di BRI Sangubanyu, Kecamatan Grabag, Purworejo, Jawa Tengah. Saya diminta menunjukkan kartu identitas pensiun (karip). Karena tak membawa karip, saya ditolak mengambil pensiun.

Pengalaman saya mengambil pensiun di mana-mana (Lampung, Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Situbondo) cukup dengan rekening, KTP asli dan fotokopinya, datang sendiri.

Tak mungkin saya membawa karip ke mana-mana.

Mohon penjelasan BRI.

AB Baharuddin, Jalan Monginsidi, Maricaya Baru, Makassar

Kompas, 2 April 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger