KOMPAS/PRIYOMBODO

Lansekap kota Jakarta dengan gedung-gedung pencakar langit di lihat dari kawasan pusat bisnis terpadu Sudirman (SCBD), Jakarta, Rabu (11/4). Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan tumbuh sebesar 5,3 persen.

Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 5,3 persen, sedikit lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,4 persen.

Lembaga keuangan dunia tersebut pekan lalu menyebut, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun ini kuat, yaitu rata-rata 6,3 persen. Perkiraan Bank Dunia itu sejalan dengan prediksi Bank Pembangunan Asia yang sudah diumumkan sebelumnya.

Meski demikian, secara bersamaan Bank Dunia juga mengingatkan perlunya kesiapan menghadapi ketidakpastian keuangan dan perdagangan global.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berasal dari investasi sebesar 5,1 persen dan konsumsi rumah tangga sebesar 6 persen. Pertumbuhan tersebut berada di bawah rata-rata pertumbuhan negara-negara berkembang lain.

Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi kita dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain di kawasan menjadi pertanda perlunya semua bekerja keras dan tulus bersama-sama. Pemerintah sebagai perencana dan pelaksana pembangunan perlu melihat kembali program-program pembangunan seraya mempertajam sasaran dan efektivitas pelaksanaan program. Apalagi kita dibayang-bayangi oleh keseimbangan pendapatan dan belanjaan negara, tanpa memasukkan bunga utang, dalam keadaan defisit.

Pemerintah telah mengeluarkan 16 paket kebijakan ekonomi untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, efektivitas paket kebijakan tersebut belum terasa, tecermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai target.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar ekonomi, terutama yang berbasis pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif kita.

Pertanian, misalnya, dalam arti produksi mungkin tidak lagi cukup untuk mendorong pertumbuhan tinggi, tetapi hasil pertanian akan memberi sumbangan tinggi pada perekonomian ketika diolah menjadi produk akhir sesuai permintaan konsumen yang semakin tersegmentasi. Membangun pertanian dan agribisnis bersifat inklusif, menumbuhkan perekonomian wilayah melalui, antara lain, penyediaan lapangan kerja, peningkatan daya beli masyarakat, dan pendapatan asli daerah.

Kenyataan di lapangan, hambatan memanfaatkan keunggulan kompetitif dan komparatif kita bukan melulu datang dari birokrasi di daerah seperti sering disebut-sebut. Tetapi, juga datang dari pusat melalui peraturan tak tertulis yang menghambat.

Bank Dunia mengingatkan ketidakpastian global masih membayangi potensi pertumbuhan kita. Pekerjaan rumah kita adalah memastikan hambatan juga tidak terjadi di dalam negeri.