Selama sepekan terakhir, berita di berbagai media menginformasikan terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan sejak awal tahun hingga saat ini yang telah mencapai lebih dari 6 persen. Untuk seseorang yang bersudut pandang sebagai investor, pelemahan ini berarti peluang untuk dapat menambah portofolio saham dengan dana yang lebih sedikit. Namun, bagaimana jika dananya memang sangat kurang atau bahkan hampir tidak ada?
Investasi atau menabung pasti membutuhkan uang. Jika tidak bersumber dari gaji bulanan, sumber lain bisa datang dari penghasilan sewa, bonus, pembagian dividen usaha, ataupun dari berutang. Untuk sebagian orang, mengambil utang untuk berinvestasi ternyata sudah bukan cerita awam.
Praktik yang banyak dilakukan adalah mengambil kredit pinjaman rumah atau apartemen, kemudian properti yang dibeli akan disewakan. Harapan dari investor bahkan dapat membayar cicilan pinjaman dari hasil sewa. Praktik serupa dikenal dalam dunia pasar modal. Berutang untuk investasi atau dalam bahasa keuangan sering disebut dengan margin lending atau investment leverage. Konsep ini pada dasarnya adalah menggunakan modal dari pihak lain untuk mengharapkan potensi keuntungan investasi yang lebih besar. Bahkan, saat ini cukup banyak perusahaan sekuritas yang menawarkan pinjaman bagi calon investor agar dapat membeli saham.
Seorang investor yang menggunakan konsep margin lending akan mengambil pinjaman dan menggunakannya sebagai tambahan modal untuk ditanamkan dalam suatu aset investasi. Selama periode berutang, investor akan mengambil porsi keuntungan atau pendapatan investasi untuk membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman.
Pertanyaan berikutnya, jika seorang investor masih harus membayar bunga, di mana potensi keuntungannya? Anda tentu paham bahwa nilai investasi merupakan fungsi dari bunga majemuk alias berlipat. Semakin besar modal investasi yang ditanamkan, dengan tingkat imbal hasil yang sama, keuntungan yang diinvestasikan kembali pun semakin besar. Potensi keuntungan inilah yang menggiurkan bagi sebagian besar investor.
Walaupun margin lending berpotensi menguntungkan, perlu saya ingatkan bahwa berutang untuk investasi bukan milik semua orang. Langkah dasar adalah menentukan apakah Anda seorang investor atau seorang trader. Margin lending kurang disarankan untuk investor jangka panjang. Ada beberapa risiko dan kondisi yang sebaiknya dicermati sebelum memutuskan untuk menggunakan skema berutang untuk berinvestasi.
Pertama, risiko keuntungan investasi di bawah suku bunga pinjaman. Apabila kinerja investasi ternyata lebih buruk dari tingkat suku bunga utang, Anda akan rugi karena keuntungan semuanya digunakan untuk bayar bunga, ditambah masih harus subsidi dari dana sendiri. Apalagi kalau kinerja negatif, kerugian Anda dapat berlipat ganda karena masih harus bayar pokok utang. Risiko ini yang beberapa tahun lalu menimpa pelaku-pelaku konsep gadai emas untuk investasi saat harga emas mengalami penurunan dibandingkan saat dibeli.
Jika seorang investor meminjam uang dengan harapan bisa diputar sejenak di suatu aset investasi untuk meraih keuntungan instan, hal ini sangat tidak disarankan. Praktik ini lebih bersifat spekulasi dibandingkan investasi. Dalam berspekulasi, seseorang dapat memperoleh keuntungan yang sangat tinggi, tetapi juga dapat menderita kerugian yang sangat besar. Risikonya dapat dijabarkan seperti berikut ini. Tingkat suku bunga pinjaman bersifat pasti, sedangkan hasil investasi masih berupa potensi. Maka, apabila tingkat suku bunga pinjaman melonjak atau lebih tinggi dibandingkan hasil investasi aktual, risiko kerugian pun menjadi berlipat ganda.
Kedua, kemampuan membayar cicilan bulanan. Idealnya pendapatan investasi bulanan dapat menutup jumlah cicilan wajib setiap bulan. Jika tidak mengandalkan dari pendapatan investasi bulanan, investor harus menutup cicilan dengan bantuan penghasilan gaji. Dengan demikian, jika investor akan mengambil pinjaman untuk investasi, investor sebaiknya tidak boleh punya utang lain yang telah mengikat 30 persen dari penghasilan rutin bulanan.
Ketiga, hitung dengan cermat potensi untung-rugi. Sebelum berutang, pastikan investor paham berapa nilai balik modal (break-even point) yang dibutuhkan. Artinya, investor paham berapa nilai imbal hasil yang diperlukan agar margin lending dapat menguntungkan untuk dirinya. Setiap individu akan mengharapkan nilai balik modal yang berbeda. Seorang penasihat investasi berpengalaman dan bersertifikat dapat membantu Anda untuk menghitungnya.
Keempat, paham profil risiko pribadi. Jangan sekali-kali mencoba margin lending apabila Anda seorang investor pemula. Perhatikan profil risiko sebagai investor dan tetap berinvestasi sesuai tujuan investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar