AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM

Presiden AS Donald Trump.

Isyarat AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran menjadi pertanda buruk bagi perdamaian dunia. Dan, itu adalah keputusan tidak rasional yang sulit dipercaya.

Jika Amerika Serikat benar-benar menarik diri, ini berarti AS akan menerapkan sanksi ekonomi kembali terhadap Iran yang dicabut setelah tercapai kesepakatan nuklir pada 2015. Apakah Iran akan diam saja dikenai sanksi ekonomi oleh AS, tentu tidak. Iran bukan tidak mungkin akan menjawab langkah AS tersebut dengan tindakan yang sepadan meski dalam keterbatasan.

Apakah kelima negara lain yang menandatangani kesepakatan dengan Iran—Rusia, Perancis, Inggris, China, dan Jerman—akan mengikuti langkah AS? Rasanya tidak. Para pemimpin negara-negara tersebut lebih berpikiran rasional ketimbang pemimpin AS yang lebih mementingkan diri sendiri dan memenuhi keinginan sekutu emasnya, yakni Israel, yang memang berseteru dengan Iran.

Sulit, memang, memahami jalan pikiran Presiden AS Donald Trump. Di kala para pemimpin dunia lain berupaya keras membangun perdamaian dunia, menggalang kerja sama untuk menciptakan ketertiban dunia, Trump malah memilih jalan sendiri yang tidak umum. Sikap AS itu hanya didukung sekutu tradisionalnya, Israel, yang menyatakan telah menemukan bukti bahwa Iran pernah memiliki program senjata nuklir; dan bahwa Iran berbohong soal isu nuklir.

Senjata nuklir memang berbahaya. Persenjataan nuklir yang digolongkan sebagai senjata pemusnah massal adalah jenis senjata yang sangat mengerikan. Meski dalam sejarah senjata jenis ini baru digunakan untuk pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, dunia sudah sadar akan efeknya yang sangat menghancurkan.

Oleh karena itu, program pengembangan nuklir, terutama untuk pembuatan senjata, memang menjadi ancaman besar terhadap perdamaian dan keamanan dunia. Oleh karena itu, adalah bisa diterima bahwa ada larangan pengembangan program senjata nuklir. Meskipun dunia memang tidak adil; sementara Iran dilarang, negara lain seperti Israel dibiarkan saja; demikian sejumlah negara lain.

Semua sepakat bahwa senjata nuklir sangat berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan, bagi perdamaian dunia. Akan tetapi, sikap pemimpin yang impulsif, reaksioner, yang tidak berpikir panjang, yang lebih mengutamakan kemauan sendiri, setelah mengedepankan kepuasan diri, tidak kalah berbahayanya bagi perdamaian dunia. Sejarah dunia sudah mencatat adanya pemimpin-pemimpin semacam itu yang menghancurkan perdamaian dan kedamaian dunia.