"Kompas" Wajah Indonesia
Kompas edisi Jumat (25/5/2018) memuat profil saya di rubrik Sosok, "Maksimus Masan Kian Menebar Virus Menulis". Informasi ihwal penerbitan sosok ini saya peroleh dari wartawan Kompas.
Hari itu merupakan hari terakhir saya berada di Jakarta setelah mengikuti Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2018 dan sedang siap menuju Bandara Soekarno- Hatta. Saya sangat penasaran, ingin melihat langsung fisik koran tersebut. Tiba di bandara, saya ingin langsung membeli Kompas edisi tersebut.
Di Terminal 1A saya tidak menemukan penjual atau kios koran. Petugas keamanan saya tanya di mana penjual koran, mereka mengarahkan saya ke Terminal 2. Di sana pun ternyata tak tersua.
Saya kembali ke Terminal 1A dengan penyesalan hingga tiba saat naik pesawat Lion menuju Kupang melalui Surabaya. Akhirnya saya mendapat Kompas dari Sayono, seorang penumpang Lion tujuan Surabaya. Itu pun setelah saya memberanikan diri memintanya.
Yang mau saya sampaikan atau usulkan dari pengalaman ini adalah bahwa Kompas mesti ditempatkan atau dijual pada titik-titik strategis ruang publik yang mudah dijangkau, termasuk bandara. Bagi saya, Kompas adalah wajah Indonesia, mestinya setiap warga negara Indonesia tidak dibuat sulit untuk mendapatkan Kompas dan membacanya.
MAKSIMUS MASAN KIAN
Guru SMPN 1 Lewolema, Flores Timur, NTT
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas masukan Saudara.
Terlambat Terbang
Kami sekeluarga melakukan perjalanan ke Sumba Timur dan memilih maskapai NAM Air untuk rute Waingapu-Denpasar (IN-663), Selasa (14/5/2018). Seharusnya terbang pada pukul 14.15 Wita, tetapi mundur hingga empat jam.
Dari dua pilihan penerbangan yang ada, kami memilih maskapai ini karena biasanya tepat waktu. Ihwal keterlambatan itu tidak ada penjelasan resmi. Konon hanya alasan operasionalisasi, bukan kondisi cuaca yang bisa kami toleransi.
Penerbangan lanjutan kami dari Denpasar ke Jakarta memang menggunakan maskapai lain, bukan grup Sriwijaya Air. Sengaja kami pilih penerbangan malam dengan jeda tiga jam untuk berjaga-jaga bila ada keterlambatan.
Sejak ada info akan ada keterlambatan, kami langsung menyampaikan rincian penerbangan lanjutan dari Denpasar ke Jakarta kepada staf darat dengan harapan mendapat informasi kepastian kelanjutan penerbangan.
Setiap jam kami minta kejelasan, bahkan menemui langsung manajer distrik. Sayang, setiap jam berlalu mereka hanya sampaikan "akan dibantu" proses check-in di penerbangan berikutnya. Namun, hingga menjelang keberangkatan baru kami dapat konfirmasi bahwa kami tidak dapat dibantu sama sekali karena beda maskapai.
Kiranya NAM Air lebih meningkatkan pelayanannya kepada semua penumpang di rute mana pun. Ini merupakan pengalaman kedua kami setelah terbang dengan IN-056 (kode pemesanan: MOOBGJ), Jakarta- Tanjung Pandan, 3 November 2017, yang telat dua jam.
Andrey Septiana
KDKav Tanah Baru, Depok,
Jawa Barat
Bunyi Aneh pada Mobil Baru
Saya membeli mobil Daihatsu Terios baru pada akhir November 2017 dari Astra Daihatsu Pondok Cabe. Setelah dipakai dua bulan mulai ada bunyi "kraat" setiap kali mulai jalan ke kiri atau ke kanan. Memang bunyi tersebut hanya terjadi waktu baru mulai jalan. Setelah itu tidak ada bunyi.
Saya sudah dua kali membawa ke bengkel Daihatsu. Pada kedua kali, oleh teknisinya disarankan agar mobil ditinggal untuk dianalisis.
Pada 19 Mei, saya dipanggil dan diberi tahu bahwa ABS-nya berfungsi dan itu, katanya, tidak masalah sebab Terios lain ternyata berbunyi sama. Terus terang saya tak puas.
Melalui surat ini, saya mohon Daihatsu pusat untuk membantu mengatasi masalah ini.
Donny Mondong
Jalan Otista Raya, Ciputat,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar