Reformasi Arab Saudi oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang mengenalkan Islam moderat mulai mendapat ancaman dari Al Qaeda.
Sejak ditunjuk menjadi putra mahkota pada Juni 2017, Mohammed bin Salman (MBS) mengambil kebijakan yang mengguncang Arab Saudi, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun kehidupan beragama. Untuk dapat menghadirkan investor ke Arab Saudi, MBS antara lain mengenalkan Islam moderat, bahkan menggelar konser dan pertandingan olahraga.
"Kami ingin hidup normal, sebuah kehidupan mewujudkan agama kami menjadi toleran. Sekitar 70 persen warga Arab Saudi berusia di bawah 30 tahun dan kami tidak akan menghabiskan waktu untuk 30 tahun ke depan dengan ide yang destruktif," ujar MBS yang berusia 32 tahun.
Upaya moderasi Islam diawali September 2017 saat kerajaan mengeluarkan dekrit yang membolehkan perempuan menyetir mobil. Kerajaan juga membolehkan perempuan menonton konser atau pertandingan olahraga di stadion. Bahkan, April 2018, digelar pertandingan gulat di Jeddah. Apa yang disebut di atas, dulu, merupakan hal yang diharamkan di Arab Saudi.
Sejak awal, penunjukan Pangeran MBS menjadi putra mahkota mengundang sejumlah kontroversi. Dalam tradisi kekuasaan di Arab Saudi, MBS adalah satu-satunya anak raja yang ditunjuk menjadi putra mahkota untuk menggantikan Pangeran Mohammed bin Nayef.
Apalagi, setelah berkuasa, MBS mencopot sepupunya yang menduduki jabatan penting, seperti Pangeran Miteb bin Abdullah yang menjadi Komandan Garda Nasional, yang memiliki sekitar 200.000 anggota pasukan. Dua tahun sebelumnya, Pangeran Mishaal, Gubernur Mekkah, dan Pangeran Turki, Gubernur Riyadh yang merupakan saudara Pangeran Miteb, juga dicopot.
Awal November 2017, 11 pangeran, termasuk Pangeran Waleed bin Talal, yang selama ini tidak pernah tersentuh oleh hukum, ditangkap dengan tuduhan korupsi. Mereka kemudian dibebaskan dengan uang tebusan yang bernilai miliaran dollar.
Hampir bersamaan dengan penangkapan para pangeran, beberapa ulama yang dinilai menghalangi upaya moderasi Islam juga ikut ditahan. Praktis sejak itu Pangeran MBS mulai mengontrol semua cabang kekuasaan. Upaya pengenalan moderasi Islam terus mengalir hingga Putri Haifa bin Abdullah berani tampil di sampul majalah Vouge edisi bahasa Arab yang terbit Juni 2018.
Bahwa akan ada perlawanan dari Islam kelompok garis keras, seperti Al Qaeda, sudah diduga sejak awal. Dan, penangkapan para pangeran itu menunjukkan adanya struggle for power di Arab Saudi. Ini diperkuat oleh rentetan tembakan di sekitar istana raja Al Auja, yang merupakan salah satu istana Raja Salman bin Abdulaziz di Riyadh, akhir April 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar