Hak Siswa Tak Terpenuhi
Berita "151.509 Ruang Kelas Sekolah Rusak Parah" di halaman utama Kompas, 22 Mei lalu, merupakan tamparan teramat sakit bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan, termasuk saya.
Ratusan ribu ruang kelas itu dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Masalah utamanya adalah alokasi APBN dalam tiga tahun terakhir turun serta pengelolaan pendidikan pemerintah daerah belum berjalan baik. Sumber daya manusianya belum memadai.
Dua hal mendasar itu harus dicari benang merahnya. Jika soal itu tak dipecahkan, korban tentulah pelajar. Seperti yang diberitakan, dalam kurun 2014-2016 tercatat 105 pelajar luka akibat sekolah roboh. Tentu ini membuat siswa resah saat belajar karena negara tak memenuhi hak siswa: nyaman saat belajar.
Jika terus demikian, anak lebih memilih belajar dengan caranya sendiri tanpa harus menunggu diajari. Seperti yang pernah dikutip James Marcus Bach dalam bukunya, Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat, bahwa sekolah hanya sementara. Pendidikan tidak. Katanya, jika kalian ingin berhasil dalam hidup, temukan sesuatu yang membuat kalian takjub dan pelajarilah. Jangan tunggu sampai seseorang mengajari kalian, semangat kalian yang berkobar-kobar akan menarik guru datang kepada kalian.
Karena pendidikan itu penting, pengelolaan pendidikan di Indonesia segera dilakukan sebaik mungkin. Jangan ada lagi berita semacam itu tercatat di dunia.
Suci Ayu Latifah Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo, Jawa Timur
Terminal 3 Tidak Ramah Lansia
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta sangat megah dan membanggakan, tetapi—sayang sekali—bagian kedatangannya sangat tidak ramah terhadap orang lanjut usia dan perempuan hamil. Penumpang sejak turun dari pesawat harus berjalan jauh menuju pengambilan bagasi. Ini sangat menyulitkan dan menyiksa anak-anak, orang lanjut usia dan ibu hamil.
Balai lapor terbang (check in) terminal ini sangat megah. Tersedia banyak restoran. Sayang, toilet yang merupakan kebutuhan mendasar hanya ada satu, di tengah-tengah. Di toilet untuk perempuan selalu terjadi antrean panjang.
Akan lebih manusiawi apabila di tempat kedatangan Terminal 3 tersedia ban berjalan dan toiletnya ditambah.
T Efendi Taman Aries, Kembangan, Jakarta Barat
Pelayanan Astra
Pada 1 April lalu saya mengalami kecelakaan, mobil (Daihatsu Terios) saya ditabrak bus. Saya menghubungi penyalur tempat saya membeli di Daihatsu Tunas, Tanah Tinggi, Tangerang. Mereka menyelesaikan urusan tabrakan itu dengan pihak asuransi.
Namun, sampai saya menulis surat ini pada 23 Mei, mobil masih di bengkel sebab dua suku cadang belum tersedia di Astra pusat.
Saya sudah dua kali komplain melalui situs web,tidak ada tanggapan sama sekali. Saya
tidak diperbolehkan menghubungi langsung Daihatsu
Astra pusat. Saya hanya ingin tahu kapan suku cadang itu tersedia.
Antonius Riyanto Tangerang
Ihwal Minitrans Pulogadung-TMII
Beberapa bulan lalu layanan Metromini T-45 trayek Puloga- dung-Pintu 2 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dihapus. Penggantinya: transjakarta atau minitrans yang sebetulnya sudah beberapa tahun beroperasi dengan trayek berbeda.
Dulu Metromini T-45 beroperasi 24 jam. Kami penumpangnya amat tertolong.
Sekarang, minitrans yang menggunakan sistem isi penumpang dengan timer itu membuat penumpang lama menunggu. Jarak yang dilayani, dibandingkan dengan Metromini T-45, hanya separuhnya. Sampai Pondokgede saja. Penumpang mulai meninggalkannya.
Kami mohon ada minitrans yang melayani trayek Metromini T-45 itu. Kendaraannya pun ditambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar