Namun, fakta getirnya adalah musibah dan bencana itu terjadi. Kita sering tidak dapat mengelak dari hadangan bencana alam atau bencana yang dipicu oleh aktivitas manusia, khususnya yang terkait dengan transportasi.

Satu sisi terkait upaya penanggulangan musibah dan bencana adalah ketersediaan alat atau sarana untuk menolong atau menanggulangi. Dalam musibah Kapal Motor (KM) Sinar Bangun, kita mendengar ada alat yang disebut dengan multibeam side scan sonar. Ini alat pemindai bawah laut untuk mengetahui keberadaan obyek yang dicari. Disebut pula ROV (remotely operated vehicle), sejenis alat pencari di kedalaman laut.

Semula dipakai sistem sonar yang bekerja untuk kedalaman di bawah 600 meter. Namun, diketahui sistem ini tidak mampu bekerja baik, apalagi kedalaman air lebih dari 600 meter sehingga dibutuhkan sistem yang lebih canggih. Multibeam echosounder mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 2.000 meter.

Kita bisa menghadapi musibah yang upaya pertolongannya membutuhkan teknologi canggih karena dua pertiga dari luas wilayah Indonesia, yang sekitar 5,2 juta kilometer persegi, merupakan perairan. Selain luas, ada pula dimensi kedalaman, mulai wilayah pantai dengan kedalaman beberapa meter hingga palung Laut Banda yang berkedalaman sekitar 7.000 meter.

Kita tentu perlu mengembangkan sikap proaktif. Selain karena kemungkinan untuk menghadapi musibah di perairan dalam yang luas, juga karena kita menyadari sifat pertolongan adalah secepat mungkin. Waktu amat krusial dalam menyelamatkan jiwa korban. Pengalaman menangani korban gempa yang terjepit di antara puing bangunan runtuh menegaskan hal ini.

Mari kita penuhi kewajiban negara untuk menyediakan sarana dan prasarana keselamatan warga, yang baik oleh tuntutan kehidupan maupun oleh potensi bencana alam terpapar pada situasi berisiko bahaya. Harus kita buat daftar inventaris sarana teknologi yang, meskipun sekali-sekali dibutuhkan, wajib kita persiapkan. Sekadar menyebut, untuk pencari di laut dalam, sudah kita sebut sistem sonar dan robot bawah air. Untuk gempa, butuh ekskavator besar. Untuk musibah hutan, mungkin pesawat atau helikopter yang dilengkapi dengan penentu lokasi transmiter. Untuk kebakaran hutan, kita sudah sering menyinggung adanya pesawat pengebom air semacam Beriev.

Pekerjaan itu tidak ringan. Dana dibutuhkan tidak saja untuk pengadaan atau penyewaan, tetapi juga untuk sarana transportasi guna mengangkut peralatan itu ke lokasi musibah. Oleh karena menolong dan mengoperasikan alat membutuhkan keahlian, mau tak mau latihan untuk memelihara dan meningkatkan kecakapan harus sering dilakukan. Latihan dengan melakukan berbagai simulasi aneka kondisi sangat membantu.