AGENCE FRANCE-PRESSE

Gelandang Belanda Johann Cruyff membawa bola melewati penjaga gawang Argentina Daniel Carnevali untuk menciptakan gol dalam laga perempat final Piala Dunia antara Belanda dan Argentina, 26 Juni 1974
di Gelsenkirchen, Jerman Barat. Cruyff menyarangkan dua gol. Belanda mengalahkan Argentina 4-0. 

Komik sepak bola, apakah itu suatu genre? Dalam istilah ini terjanjikan kesamaan formulaik yang repetitif, tetapi sebagai konsep yang dihasilkan oleh pengamatan, dalam suatu genre ternyata berlangsung proses hibrida dengan berbagai elemen sehingga pada praktiknya selalu bervariasi (Grant, 2007: 23). Ketiga komik berikut ini mengandalkan sepak bola sebagai wacana dominan, tetapi varian perbedaannya tajam jika tidak bertentangan. Apabila dalam kesamaan genre suatu naratif lazimnya terjajar paralel, ketiga komik ini bagaikan saling memunggungi dalam naratif sepak bolanya masing-masing.

Sepak bola vs kriminalitas

Tokoh fiktif serial Roel Dijkstra disebut mengacu pada karier Johan Cruyff (1947-2016) sehingga Dijkstra dari Klub Sepak Bola Leidrecht di Belanda, berpindah ke FC Hadford di Inggris, FC Union di Korsika, lantas FC Rapiditas di Spanyol. Dengan kata lain, tokoh dan latarnya lahir bersama kebangkitan sepak bola Belanda dengan pola totale voetbal yang termasyhur.

Sepintas lalu komik seri yang berawal dari kreasi Jan Steeman dan Andrew Brandt tahun 1975 ini seperti success story, yang memberi makna pada jatuh bangun perjuangan. Dalam komik sepak bola, ini berarti perjuangan dengan segenap sarana bola. Namun, dalam komik seri ini rintangan juga berada di luar
lapangan. Dalam episode "Halangan", kesebelasan lawan dikisahkan harus bisa mengalahkan Leidrecht demi kepentingan di luar lapangan, seperti bisnis. Supaya berhasil, cara kekerasan di dalam dan di luar lapangan digunakan, seperti menembak Dijkstra dengan suntikan penidur.

Dengan naratif seperti itu, artinya komik sepak bola berhibrida dengan genre cerita kriminal, yang rumusnya sudah lama dikenal: berikan tekanan yang makin lama makin berat diatasi sang tokoh, untuk akhirnya tetap berhasil mengatasi juga, bahkan dalam hal ini di dalam dan di luar lapangan sekaligus—yang akan dirasakan sebagai suatu ekstase bagi pembacanya. Begitulah memang komik hiburan, yang pernah dimuat berseri di majalah HAI tahun 1980-an itu.

Tentu alur khas dunia sepak bola profesional, seperti adaptasi di negeri asing, bisnis transfer yang penuh manipulasi, dan persahabatan antarpemain, tidak ditinggalkan. Ada sesuatu dari sepak bola yang membuatnya tetap bergenre komik sepak bola. Hibrida dengan cerita kriminal membuatnya jadi hero di dalam dan di luar lapangan.

Ilmu pengetahuan gerak

Pada sampul Football Nation 1 (2010) tertera: komikus Yuki Otake, dibantu penasihat ilmiah Hideo Takaoka dari Institut Riset Ilmu Pengetahuan Gerak. Komik ini berusaha menukik ke dalam subyek sepak bola secara radikal, dengan membawa ilmu pengetahuan ke dalam wacana sepak bola, dari tubuh sampai ruang sehingga alur perjuangan kesebelasan Liga Divisi III Tokyo Crusade menjadi kitab mengasyikkan tentang segala aspek yang melekati sepak bola.

Tentang cara berlari pemain, disebutkan sebagian besar pemain Jepang berlari dengan paha depan, dalam langkah-langkah pendek, menggunakan quadriceps untuk mengangkat paha; kaki bergerak berlebihan ketika kepala bergerak ke atas dan ke bawah. Kebalikannya, pemain Liga Eropa kelas atas, gerak larinya mengalir, karena saat berlari dalam langkah panjang, pemain menggunakan otot-otot paha belakang dan tubuh bagian bawah, otot-otot dalam otot illiacus dan otot utama psoas untuk mengayun kaki mereka secara dinamis; poros tubuh tidak ragu dan postur tertarik tanpa kepalanya naik turun. Nah, perbedaan ini alamiah atau kultural?

Seperti teks akademik tentang gerak tubuh, tetapi Football Nation 1 mempersembahkan drama sepak bola, ketika tim underdog yang dipandang sebelah mata mengalahkan lawan-lawannya. Drama sepak bola berselang-seling dengan drama manusia.
Chihiro Oki, pemain bola bon-bonan (freelancer) yang bisa bermain di segala posisi, memiliki kemampuan main dengan dasar ilmiah: sementara berada di lapangan, matanya memiliki pandangan mata burung, dan mengoper bola bukan ke tempat pemain berada, melainkan ke tempat pemain "seharusnya" berada. Operan diperhitungkan dengan kecepatan lari, luas lapangan, dan ketakterdugaan arah tendangan.

Alur kompetisi dilebur dalam kombinasi teks ilmiah tentang gerakan tubuh dan ruang gerak, maupun alur cerita tentang latar Chihiro Oki, yang ternyata pernah masuk penjara bawah umur, karena mengakui pembunuhan yang dilakukan kawan, demi menyelamatkannya. Gambar pisau berkilau menyisip di berbagai adegan sampai menjadi jelas konteksnya, membuat naratif Football Nation 1 pun "berseni".

Sepak bola mbah kartun

Johnny Hidayat Ar (1942-2012) adalah trade mark jaminan gelak, karena dia memang mbah kartun Indonesia. Dalam Bung Joni Main Bola (1976), komik 23 halaman yang beredar di stasiun kereta api dan terminal bus, konstruksi budaya sepak bola dibongkar dan disusun kembali secara jungkir balik.

Alkisah Bung Joni adalah gembala bebek dan bebek jalannya selalu urut. Namun, saat harus masuk kandang, bebek-bebek suka berontak, tiada sudi memasukinya. Karena itu, Joni pun mempekerjakan tendangan maut agar bebek-bebek yang berkeliaran meluncur langsung ke kandang, bagaikan bola nyeplos ke gawang. Pelatih sepak bola yang mencari bibit pemain bagi persiapan Olimpiade dan kebetulan melihat pun merekrutnya.

Di lapangan, bola yang ditendang Joni memang langsung masuk gawang lawan, tetapi ketika penjaga gawang mengambilnya, langsung direbut dan ditendangnya lagi. Bung Joni tidak tahu peraturan sehingga ia juga membawa bola dengan tangan, menembak ke gawang sendiri, menendang kaki-kaki pemain lawan, dijadikan penjaga gawang, yang mematahkan tiang-tiang gawang. Ketika bola meletus para penonton melemparkan 26 bola baru. Joni pun menembak kedua gawang yang kemudian masing-masing berisi 13 bola. Alhasil, piala dibelah dua.

Komik sepak bola satu ini berhibrida dengan wacana humor, tempat teknik bisosiasi menjadi ciri terpenting, ketika alur menggantikan setiap harapan dengan kenyataan tak terduga. Humor memperluas paradigma sepak bola dan mendorongnya sampai batas cakrawala sehingga hanya yang mengenal peraturan sepak bola dapat terlibat permainan humor tentang sepak bola.

Klasifikasi

Keberadaan genre merupakan determinasi kepentingan pasar, karena "yang jelas" lebih mudah dijajakan daripada yang sebaliknya. Ketiga komik ini, karena muatan sepak bola yang dominan di dalamnya, tampak memenuhi syarat termasukan ke dalam genre komik sepak bola. Namun, sekadar menengoknya, ternyata ketiga komik ini saling memunggungi dengan pandangan-dunia ketiga jurusan: (1) heroisme pemain bola dengan ketegangan cerita kriminal dalam seri Roel Dijkstra; (2) obsesi idealisme sepak bola sebagai olah gerak dan permainan dengan kapasitas akademik dalam football nation; (3) semangat humor yang menjungkirbalikkan kemapanan paradigma sepak bola dalam Bung Joni Main Bola.

Kiranya tiga pandangan-dunia yang tidak searah ini cukup untuk menunjukkan, proses budaya bukanlah proyek kesempurnaan piramid yang monolitik, melainkan pengguguran mitos kesempurnaan nan berkepentingan itu, justru melalui pembongkaran terus-menerus atas dasar konstruktifnya. Begitulah, yang tidak-membongkar tidak ambil bagian.