Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 07 Juli 2018

Rabies dan Pelabuhan//Petani Lada di Babel Kecewa//Klaim Asuransi (Surat Pembaca Kompas)

ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA

Petugas Dinas Peternakan Denpasar menyuntikkan vaksin anti rabies pada seekor anjing milik warga  di kawasan Renon, Denpasar, Bali, Senin (18/4/2016).  

Rabies dan Pelabuhan

Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba baru-baru ini, yang menewaskan sekitar 200 orang, dinilai akibat kelemahan pengelolaan pelabuhan. Contoh lain akibat kelemahan pengelolaan pelabuhan adalah penyebaran rabies dari daerah tertular ke daerah yang semula bebas, seperti Flores (1997), Ambon (2003), Bali (2008), dan Nias (2010). Sekali tertular, belum ada wilayah tersebut yang sanggup membebaskan diri dari rabies.

Dalam tempo sepuluh tahun, di Bali, rabies telah merenggut lebih dari 160 orang; puncaknya 82 orang pada 2010. Cukup seekor anjing saja (dalam masa inkubasi) untuk menimbulkan wabah yang luar biasa. Masa inkubasi rabies yang relatif panjang, beberapa minggu sampai beberapa bulan, memungkinkan seseorang membawa anjing yang terlihat sehat menyeberang pulau.

Dana yang sangat besar telah dikeluarkan untuk vaksinasi massal anjing dan vaksinasi orang setelah digigit anjing. Kesediaan Pemerintah Provinsi Bali menyediakan vaksin antirabies (VAR) untuk orang yang digigit anjing terduga rabies patut diapresiasi sehingga kematian orang akibat rabies menurun drastis. Setahu penulis, belum ada orang yang meninggal karena rabies apabila segera mendapat VAR. Ide pemakaian VAR pertama kali dikemukakan Louis Pasteur (1885).

Penulis berharap, dalam perbaikan pengelolaan pelabuhan secara menyeluruh nanti, diperkuat pula pengawasan lalu lintas hewan pembawa rabies—terutama anjing—agar rabies tak lagi meluas.

Soeharsono
Jimbaran, Badung, Bali

Petani Lada di Babel Kecewa

Pada 2017, ratusan ribu bibit lada disalurkan kepada petani lada. Namun, kelanjutan dari program ini, misalnya mutu lada harus ditingkatkan, perlu dipertanyakan.

Bibit lada yang diberikan Pemerintah Provinsi Bangka-Belitung (Babel) melalui penangkar, meskipun memiliki sertifikat, diragukan mutunya. Di Desa Jelutung dan Simpang Katis, Kecamatan Sungaiselan, Bangka Tengah, banyak bibit lada yang mati. Petani susah.

Sementara itu, dengan dana APBN sebesar Rp 30 miliar, sekitar 3,2 juta bibit lada akan disalurkan kepada para petani di Bangka Belitung. Namun, program ini masih menunggu permintaan desa masing-masing. Demikian menurut Gubernur Erzaldi Rosman kepada media lokal beberapa waktu lalu.

Menurut Erzaldi, saat ini sudah banyak desa yang mengajukan permohonan bibit lada. Ia merencanakan akan memberikan 500 bibit kepada tiap petani. Untuk 1 hektar lahan diperlukan 2.000 bibit lada.

A Walid Muhammad
Jalan Kejaksaan 207, Pangkal Pinang,
Bangka Belitung

Klaim Asuransi

Saya pemegang polis asuransi Bumiputera 1912 bernomor 212100633327 (polis 1) dan 2121 01356015 (polis 2) yang mengajukan klaim penebusan sejak Oktober 2017, sesuai dengan lembar cetak simulasi klaim yang diberikan agen asuransi ataupun kantor cabang. Saya mengajukan klaim penebusan sebelum habis masa asuransi ini disebabkan ulah agen yang telah memalsukan tanda tangan saya dan kinerja kurang baik selama mengurus polis-polis saya.

Beberapa orang dari kantor cabang sebenarnya menyarankan saya membawa ulah agen nakal itu ke jalur hukum. Saya tak mengikuti saran itu karena khawatir prosesnya berlarut-larut, tetapi tidak selesai juga.

Semula, pengajuan dilakukan secara lisan pada 2005. Saya hanya dapat jawaban "sedang diproses". Tahun berganti tahun, saya tak mendapat kabar baik, apalagi pencairan dana. Akhirnya saya langsung mengurusnya di kantor pusat. Pada Maret 2018 barulah dana polis 1 cair. Namun, sampai surat ini saya tulis, dana polis 2 belum juga cair.

Sudah 13 tahun saya mengurusnya.

Ita Akyuna Nightisaba
Naso Residence, Jalan Tarumanegara I, Banyuanyar,

Solo, Jawa Tengah

Kompas, 6 Juli 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger