AP PHOTO/VINCENT THIAN

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) mengangkat tangan ikon reformasi Malaysia, Anwar Ibrahim, dalam kampanye pemilu sela di Port Dickson, Malaysia, 8 Oktober 2018. 

Pascapemilu Malaysia 9 Mei 2018, ada dua tokoh paling penting yang menentukan masa depan negara itu. Mereka adalah Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim.

Hubungan keduanya sangat unik. Hingga sebelum akhir 1990-an, Mahathir dan Anwar memiliki relasi erat. Mahathir saat itu bisa dikatakan menyiapkan Anwar untuk menjadi penerusnya sebagai perdana menteri. Namun, tampaknya keretakan terjadi di antara mereka dan Anwar dituduh melakukan hubungan homoseksual serta korupsi. Ia divonis bersalah pada 1999.

Mahkamah Agung lalu membebaskan Anwar pada 2004. Saat Anwar bebas, Malaysia dipimpin PM Abdullah Ahmad Badawi yang kemudian digantikan Najib Razak pada 2009. Di bawah Najib, Anwar, sang ikon oposisi, masuk penjara lagi tahun 2015.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Presiden Joko Widodo (kanan) dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbincang santai di beranda belakang Istana Bogor, Jawa Barat, usai upacara penyambutan tamu negara, 29 Juni 2018. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Mahatir usai terpilih kembali sebagai perdana menteri. 

Ketika itu, sebagian kalangan di Malaysia dilanda kekecewaan akibat megakorupsi yang menerpa Najib. Perusahaan investasi negara 1MDB yang dibentuk Najib pada 2009 dilaporkan menjadi sarana memperkaya diri. Demonstrasi berlangsung selama beberapa waktu, mengecam korupsi itu. Singkat cerita, Mahathir yang juga kecewa memutuskan untuk meninggalkan koalisi pemerintah dan bergabung dengan oposisi yang tokohnya antara lain istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail.

Bagi Mahathir, untuk mengganti Najib yang dikecam atas dugaan keterlibatannya dalam korupsi 1MDB, tidak ada pilihan selain menjalin kerja sama erat dengan oposisi. Ia harus bergandengan tangan dengan orang-orang dekat Anwar, membuat kesepakatan, menyusun strategi, dan sebagainya. Dari semula "musuh", kubu Anwar menjadi mitra dekat, sekutu kunci agar Mahathir bisa mewujudkan rencananya untuk menggeser Najib. Meski saat itu Anwar masih berada di dalam penjara, siapa pun paham bahwa ia tetap merupakan sosok krusial yang menentukan keberhasilan kerja sama Mahathir dengan oposisi.

Inisiatif mereka berjalan mulus. Para pemilih berduyun-duyun memenuhi tempat pemungutan suara. Najib kalah, oposisi menang, dan Mahathir kembali menjadi perdana menteri. Sebelum ini, Mahathir memimpin Malaysia pada 1981-2003.

AFP PHOTO / MOHD RASFAN

Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (tengah) tiba kompleks pengadilan di Kuala Lumpur, Malaysia, 4 Juli 2018. 

Setelah oposisi unggul pada 9 Mei 2018, Anwar mendapat pengampunan dari Yang Dipertuan Agung XV Sultan Muhammad V. Mahathir berjanji menjadi perdana menteri hanya dua tahun dan Anwar dipersilakan meneruskannya. Untuk itu, Anwar harus menjadi anggota parlemen dengan mencalonkan diri pada pemilu sela wilayah Port Dickson. Anggota parlemen dari area ini mundur guna memberikan jalan bagi Anwar.

Seperti diberitakan harian ini pada Rabu (10/10/2018), Mahathir dan Anwar, Senin malam, untuk pertama kalinya dalam dua dekade tampil di panggung kampanye yang sama. Mahathir meminta warga memilih Anwar, sang calon pemimpin.