Pada 17 April 2019 hajatan besar dalam berdemokrasi akan digelar. Pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPRD provinsi, serta DPRD kabupaten/kota akan dilaksanakan serentak.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Garuda Pancasila dibawa oleh kader salah satu partai politik yang ikut dalam Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Lapangan Monumen NAsional, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Dalam acara yang juga dihadiri pasangan capres-cawapres dan sejumlah caleg tersebut mendeklarasikan kampanye anti politisasi sara, anti politik uang, dan anti hoax.

Pemilu merupakan perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis. Oleh karena itu, jika Pemilu 2019 sukses digelar, tentunya akan semakin mengokohkan posisi bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Sebaliknya, jika gagal, bukan tidak mungkin bangsa ini kembali mundur jauh ke belakang, tertinggal di antara bangsa-bangsa lain di dunia.

Persoalan yang perlu menjadi perhatian bersama di tahun politik ini adalah memudarnya solidaritas bangsa. Jajak pendapat Kompas di pengujung tahun 2018 merekam adanya kecemasan yang tinggi dari masyarakat akibat maraknya berita bohong di media sosial (Kompas, 31/12/2018). Mayoritas responden pun khawatir Pemilu 2019 dapat menimbulkan pertengkaran di lingkungan sekitar atau mengurangi rasa kebersamaan di lingkungan sekitar.

Membaca perbincangan di media sosial memang terasa ada ketegangan dalam diskusi menyangkut politik pemilu. Sentimen suku, agama, ras, kelompok, atau antargolongan (SARA) mengemuka. Kondisi ini pun dimanfaatkan tim sukses atau kelompok pendukung demi kepentingan elektoral.

Banyak pula tokoh mencuit hal-hal yang penuh sensasi ketimbang kaya substansi. Menularkan pesimisme ketimbang menyebarkan optimisme bangsa.

Perbincangan yang terjadi pun minim dari selera humor yang membuat rohani menjadi sehat. Namun, perbincangan penuh dengan kebencian, yang menambah kerut di kepala, bahkan memancing amarah yang merusak jasmani.

Dalam kondisi seperti ini, kehadiran politisi berjiwa kenegarawanan tentu sangat dinantikan. Para calon presiden/wakil presiden, serta calon anggota DPR, DPD, dan DPRD, tidak sekadar memikirkan eksistensi diri dalam pemilihan mendatang, tetapi justru lebih memikirkan keberlangsungan bangsa untuk generasi mendatang.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikodratkan sangat majemuk. Rasa solidaritas, persaudaraan, dan kerukunan merupakan sebuah persyaratan mutlak yang harus terus ditumbuhkan, bukan sebaliknya, dicabik-cabik. Bukan tanpa alasan, para pendiri bangsa ini menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan yang dicengkeram kuat di kaki burung Garuda Pancasila.