AFP/NICOLAUS ASFOURI

Seorang pria menggendong anak laki-lakinya di sebuah taman di Beijing, China, 6 September 2018. Setelah penerapan kebijakan satu anak sejak 1979, China memperbolehkan pasangan memiliki dua anak mulai 2016. 

Masyarakat China mengalami penurunan tingkat kelahiran. Situasi ini ikut memberi tantangan bagi perekonomian negara itu.

Sebagaimana diberitakan harian ini, kemarin, tingkat kelahiran (birth rate) di China pada tahun 2018 tercatat sebagai yang terendah sejak 1949, yakni 10,94 per 1.000 orang. Angka itu berkurang dari 12,43 pada tahun 2017. Penurunan ini tampak pada jumlah kelahiran pada tahun lalu yang lebih sedikit 2 juta bayi dibandingkan pada 2017.

Berdasarkan data yang diumumkan Biro Statistik China, ada 15,23 juta kelahiran pada 2018 sehingga total penduduk China mencapai 1,395 miliar. Dengan menyertakan 9,93 juta kematian pada tahun lalu, tingkat pertumbuhan (growth rate) penduduk China 3,81 per 1.000 orang pada 2018, lebih sedikit ketimbang 5,32 per 1.000 orang pada 2017. Angka pertumbuhan 3,81 per 1.000 penduduk merupakan yang terendah kedua setelah tahun 1960, yakni ketika negara China mengalami kelaparan sangat parah.

Pemerintah China sudah menyadari, pengurangan tingkat kelahiran sedang dialami negara itu. Maka, setelah penerapan kebijakan satu anak sejak 1979, China memperbolehkan pasangan memiliki dua anak mulai 2016. Sejumlah pakar memperkirakan, batasan jumlah anak dihapus tahun depan.

Penurunan tingkat kelahiran merupakan dampak dari transformasi besar ekonomi dan sosial selama empat dekade. Transformasi ini memunculkan generasi baru di China yang tak lagi melihat pernikahan dan pengasuhan anak sebagai sesuatu yang penting. Selain itu, banyak pasangan enggan memiliki anak karena tak mampu membayar perawatan kesehatan dan pendidikan di tengah lonjakan harga properti.

Penurunan tingkat kelahiran di China berjalan seiring dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja, yakni penduduk yang berusia 16 hingga 59 tahun. Tahun lalu, ada 897,3 juta tenaga kerja di China, turun 4,7 juta ketimbang 2017. Dilaporkan, penurunan jumlah tenaga kerja ini merupakan ketujuh kalinya berturut-turut. Diperkirakan tenaga kerja di China akan berkurang hingga 23 persen pada 2050.

Perlahan-lahan, penduduk China akan didominasi warga tua, dengan pengurangan penduduk diperkirakan mulai dialami negara itu pada 2027. Perubahan demografi memberi tantangan bagi perekonomian China, yang tahun lalu tumbuh 6,6 persen, terendah dalam hampir tiga dekade terakhir.

Dalam situasi itu, restrukturisasi ekonomi dilakukan Pemerintah China dengan beralih dari pertumbuhan yang dimotori ekspor ke pertumbuhan yang dipimpin konsumsi domestik. Saat perusahaan manufaktur diperkirakan akan memindahkan basis produksi dari China yang mengalami pengurangan tenaga kerja, peningkatan daya beli masyarakat negara itu akan menjadi pendorong pertumbuhan.