KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas

Seorang ibu membuat akun media sosial dengan nama anaknya yang berumur kurang dari lima tahun dan mengunggah video bayinya itu di akun tersebut. Sepertinya si ibu ingin dianggap anaknya lucu dan menarik pemasang iklan.

Seorang presenter televisi mengunggah beberapa foto di akun media sosialnya dengan "menyenggol" beberapa nama perusahaan dan lembaga. Dia ingin menarik pemasang iklan. Beberapa remaja membuat unggahan konyol dengan harapan menjadi bintang di media sosial. Semua berharap menjadi orang berpengaruh di media sosial atauinfluencer.

Tidak mengherankan jika kita bertemu dengan anak-anak muda dan bertanya, apa cita-citamu? Tak sedikit jawaban yang ingin menjadi influencer di berbagai kanal media sosial. Salah satu kanal yang sering dipakai belakangan adalah Youtube dan Instagram. Fenomena ini adalah fenomena global, tak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara, anak-anak muda juga banyak yang ingin menjadi influencer.

Seorang penulis bernama Tyrone Stewart membuat analisis tentang fenomena itu di situs Mobilemarketing pada Januari lalu. Ia mengatakan, aspirasi anak muda Inggris paling banyak saat ini adalah ingin menjadi influencer. Cita-cita ini telah mengalahkan mereka yang ingin menjadi guru atau tenaga profesional lainnya. Hanya dokter yang bisa mengalahkaninfluencer di media sosial dan youtuber.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Boy Hardianto atau akrab disapa Boylagi, seoranginstagrammer, saat mengisi workshop mengenai Instagram di acara Festival Indonesia Bisa di Gandaria City, Jakarta Selatan, Jumat (30/11/2018). Boy yang awalnya menggunakan Instagram untuk berbagi kesenangan dalam dunia fotografi kini berkembang menjadi influencer marketing dari produksi konten yang diunggahnya.

Studi yang dilakukan sebuah lembaga di Inggris terhadap 2.000 anak dengan umur 11 sampai 16 tahun menyebutkan, sebanyak 18 persen ingin menjadi dokter, 17 persen ingin menjadi influencer di media sosial, dan 14 persen menjadiyoutuber. Setelah itu mereka ingin menjadi dokter hewan dan guru. Apabilainfluencer dan youtuber digabung, akan mencapai 31 persen alias mengalahkan pilihan menjadi dokter.

Pertumbuhan keinginan menjadiinfluencer disebutkan bersifat seismik dan bakal terus naik di kalangan anak muda. Lucunya, sebagian besar orangtua tak paham dengan perkembangan ini dan mereka juga tak tahu bahwa cita-cita itu bisa menghasilkan uang.

Apabila influencer dan youtuber digabung, akan mencapai 31 persen alias mengalahkan pilihan menjadi dokter.

Tren yang sama juga muncul di Amerika Serikat. Anak-anak muda berbondong-bondong ingin menjadi influencer meski di beberapa negara bagian mereka masih memilih beberapa pekerjaan lama, seperti menjadi dokter, guru, atlet, dan juga petugas pemadam kebakaran. Akan tetapi, aspirasi menjadi influencer membesar karena pengaruh paparan media.‎

Di Indonesia angka-angka minat anak muda menjadi influencer tak ada, tetapi sepintas jika kita melihat di akun-akun media sosial, mereka ingin sekali menjadi orang berpengaruh di media sosial. Di mesin pencari Google, kita bisa mendapat tips-tips menjadi influencer di media sosial.

KOMPAS/ SRI REJEKI

Patricia Devina berpose di kawasan Tanjung Pagar, Singapura akhir Januari 2019. Influencer yang juga mantan personel girl band ini diundang oleh Singapore Tourism Board.

Keinginan mereka menjadi influencerkarena saat ini banyak merek terkenal yang menggelontorkan dana ke beberapa orang yang dianggap cocok untuk mempromosikan produk mereka. Meski demikian, khusus di Indonesia fenomena ini menjadi latah karena beberapa pemegang merek juga sekadar ikut-ikutan masuk ke dunia digital tanpa bisa menjadikan alat ini mampu meningkatkan penjualan.

Di beberapa negara, peran mereka juga mulai dikurangi karena banyak yang melakukan kecurangan seperti menggunakan mesin untuk berkomentar atau memberi tanda suka. Akan tetapi, dunia influencer mungkin belum berakhir. Dunia ini terus berkembang dan mungkin masih akan dipakai oleh perusahaan atau lembaga di masa depan.

Pada hakikatnya influencer di media sosial adalah seseorang yang mengumpulkan audiens, baik melalui satu atau beberapa platform media sosial dengan cara memproduksi konten sendiri terkait sebuah bidang atau keahlian yang khusus. Mereka mempunyai pengaruh terhadap audiens karena ikatan yang terbentuk antara dia dan pengikutnya.

KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

Instagram menjadi salah satu platform pilihaninfluencer untuk menuangkan konten karyanya.

Pekerjaan menjadi influencer ini menarik di kalangan anak muda karena mereka cukup membuat konten dari kehidupannya dan bisa mendapat uang. Mereka tak perlu ke kantor dan bisa mengatur jam kerja secara mandiri. Di mana pun mereka berada, mereka bisa mengerjakan tugas-tugas mereka. Sudah barang tentu cita-cita mereka menjadi bahan tertawaan senior mereka. Pilihan mereka melawan apa yang selama ini berlaku, seperti: bekerja, ya, ke kantor.

Akan tetapi, semua itu tak bisa sekadar mendadak menjadi influencer. Ada beberapa strategi yang diperlukan. Melihat beberapa akun influencer menjadi salah satu cara untuk belajar. Meski demikian, ciri khas seseorang harus kuat alias tak bisa asal ikut-ikutan. Mereka yang ingin menjadi influencer harus memahami dinamika bisnis influencer.

Mereka tak perlu ke kantor dan bisa mengatur jam kerja secara mandiri.