Menyusul jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, Minggu (10/3/2019), muncul pelarangan terbang pesawat Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9 di banyak negara.

Terakhir, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjatuhkan larangan terbang serupa pada Rabu (13/3). Jet Etiopia jatuh sekitar lima bulan setelah musibah Lion Air yang melibatkan pesawat sejenis buatan Boeing. Ini menimbulkan dugaan ada kaitan di antara dua musibah penerbangan itu, mengingat ada kemiripan dalam beberapa segi, seperti saat jatuh dan problem yang dihadapi awak. Namun, ada pihak yang mengingatkan, terlalu dini membincangkan keterkaitan keamanan sistem pesawat pada kedua musibah.

Keputusan larangan terbang diberlakukan sambil menunggu penjelasan dan arahan lebih lanjut dari otoritas penerbangan nasional, juga dari FAA, dan dari pabrikan Boeing. Dalam situasi yang belum pasti ini, keputusan Kementerian Perhubungan melarang terbang sementara 11 Boeing 737 MAX di Indonesia dinilai tepat oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (Kompas, 14/3). Namun, ada baiknya jika selama waktu pelarangan, Kemenhub dan teknisi maskapai pengguna tetap melakukan pengkajian atas berbagai sistem pada Boeing 737 MAX.

Di Indonesia, Boeing 737 MAX 8 baru dioperasikan oleh maskapai Lion (10) dan Garuda (1). Mungkin saja operasionalisasi maskapai perlu pengaturan ulang, tetapi tentu tidak serepot maskapai South West di AS yang mengoperasikan 34 pesawat atau China Southern yang mengoperasikan 24 pesawat. Diharapkan, armada yang dimiliki maskapai nasional bisa mengakomodasi penurunan jumlah pesawat.

Serepot apa pun, kita sepandangan dengan kebijakan pelarangan terbang 737 MAX 8 karena yang paling utama dalam bisnis jasa penerbangan adalah keselamatan penumpang. Memang dalam bisnis yang diliputi persaingan, munculnya pesawat generasi baru yang lebih irit bahan bakar, lebih praktis kendali penerbangannya, lebih mudah perawatannya, menjadi kepentingan maskapai penerbangan. Ini menjelaskan mengapa 737 MAX menjadi pesawat generasi termutakhir 737, juga menjadi tipe yang sangat laris. Sampai akhir Januari lalu, jet yang sebuahnya berharga 121,6 juta dollar AS ini sudah dipesan sebanyak 4.661 pesawat.

Boeing selaku pembuat tentu tak mau kalah dari Airbus dalam pengembangan jet penumpang baru. Pesawat 737 MAX dirancang khusus untuk menjadi pesaing jet Airbus yang setara: Airbus 320 NEO. Berbagai kelengkapan dan sistem pengendali canggih pun ada di pesawat ini.

Namun, kita tahu, dalam setiap pengembangan produk baru ada banyak tantangan teknologi yang harus dilewati. Beberapa relatif mudah diatasi, sebagian yang lain butuh waktu karena kerumitannya. Dalam kaitan inilah dibutuhkan waktu untuk penyelidikan dan koreksi atas problem yang ada.