Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 29 Mei 2019

Kesemrawutan ”Rest Area”//Sampah Cibarusah//Menunggu Klaim (Surat Pembaca Kompas)


Kesemrawutan "Rest Area"

Kami adalah pengguna jasa transportasi umum. Kami merasa bingung dan kesal dengan cara penanganan ketertiban di tempat istirahat (rest area) Karang Tengah arah Tangerang. Semua penumpang bus diharuskan turun jauh dari pintu keluar.

Sangat tidak efisien dari segi waktu karena alasan kemacetan. Padahal, kemacetan disebabkan oleh truk-truk yang parkir di dalam area, bahkan sampai berlapis-lapis.

Kami yang sudah siap turun dari kendaraan umum harus menunggu lama karena truk-truk tersebut memaksa parkir, padahal sudah tidak ada lagi tempat. Apalagi kalau hujan. Kami harus berlarian menghindari truk-truk besar yang jalan seenaknya di dalam kawasan istirahat.

Penyebab lain kesemrawutan adalah bus yang tidak bisa maju karena antrean pengisian bahan bakar yang sangat panjang. Akibatnya kami harus berdiri lama menunggu kesempatan untuk turun. Saya mohon kepada pihak yang berwenang untuk meninjau ulang kebijakan yang menyusahkan ini.

Pintu keluar yang jauh dari tempat pemberhentian bus dan berdiri lama menunggu bus bisa berjalan, betul-betul mengesampingkan keselamatan dan kenyamanan kami.

Amelia D Fitriani
Duta Bintaro, Tangerang

Sampah Cibarusah

Di Kabupaten Bekasi tepatnya di Jembatan Cibarusah—berhubungan langsung menuju Jalan Raya Jonggol dan Cileungsi—setiap hari selalu ada pemandangan yang merusak mata: tumpukan sampah yang dibuang sembarangan.

Sampah memang menjadi masalah di pelbagai kawasan di Indonesia. Namun, dengan komitmen bersama dan kesadaran untuk mengutamakan kebersihan, kesehatan, bahkan keindahan, seharusnya sampah bisa dikelola.

Sampah yang sudah menumpuk berpotensi mendatangkan bencana banjir, apalagi sampah dibuang di pinggir jalan yang akan terbawa air ketika hujan turun, akhirnya sampai ke sungai.

Mirisnya setiap hari tumpukan sampah tersebut selalu bertambah. Awalnya, Februari lalu hanya ada beberapa sampah saja, sekarang semakin menumpuk tinggi, tanpa ada yang tahu siapa dalang pembuangan sampah itu.

Menurut saya, penting untuk membangun kesadaran dari setiap individu agar bertanggung jawab terhadap lingkungan dan melihat potensi bencana ke depan.

Di sisi lain, butuh ketegasan pemerintah dalam penanggulangan sampah termasuk memberikan sanksi kepada mereka yang membuang sampah sembarangan.

Muhammad Leksono
Sukamanah, Jonggol, Kabupaten Bogor


Menunggu Klaim

Saya adalah salah satu nasabah setia Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera (AJB Bumi Putera) sejak tahun 2002.

Ada empat produk yang saya ikuti secara bertahap. Mulai dari produk asuransi dana pendidikan, asuransi jiwa, sampai pada produk tabungan.

Produk dana pendidikan yang pertama sudah cair sesuai kontrak. Namun, pembayaran pencairan premi yang kedua mulai mengalami hambatan. Yang seharusnya cair pada Desember 2017, baru bisa diterimakan pada Maret 2018.

Gara-gara kejadian tersebut, muncul rasa khawatir akan mengalami kemacetan pembayaran lagi. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengakhiri kontrak produk lain yang saya miliki.

Pada 2 Januari 2018, saya mengajukan putus kontrak dengan nomor polis 214100950144 atas nama Esti Widyastuti, diterima oleh Bapak Heriyanto D.Sc.

Hingga kini, kabar pencairan yang saya harapkan itu tidak kunjung tiba. Setiap kali saya tanyakan ke kantor AJB Bumi Putera Cabang Banjarnegara, selalu jawabannya sama: "Tunggu kabar dari pusat karena data sudah disetorkan ke sana."

Padahal, berkas sudah saya setor 15 bulan yang lalu.

Esti Widyastuti
Mergosari, ‎Sukoharjo Wonosobo


Kompas, 29 Mei 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger