Rajut Kembali Persatuan
Usai sudah pemilu serentak 17 April 2019, yang berlangsung dengan aman dan damai. Perasaan lega dan plong tersirat dari wajah-wajah anak bangsa saat mereka ke luar dari bilik suara, seusai menentukan pilihannya.
Pesta demokrasi yang cukup melelahkan karena lamanya masa kampanye, masifnya hoaks, dan ujaran kebencian sehingga banyak menguras energi serta mengaduk-aduk perasaan. Oleh karena itu, menjadi evaluasi besar bagi penyelenggara pemilu agar ke depan pemilu lebih baik mengingat banyak hal yang harus diantisipasi dalam penyelenggaraan pilpres dan pileg serentak.
Namun, kegaduhan masih terjadi. Mulai dari ketidakmauan mengakui hasil quick count beberapa lembaga survei hingga pernyataan diri sebagai pemenang. Situasi yang sebetulnya sudah mulai reda dan sejuk, selepas warga menunaikan pencoblosan, kini menghangat lagi.
Pesta demokrasi memang belum usai, sebelum hitung manual secara nasional tuntas dilakukan oleh KPU. Sesuai jadwal, KPU akan mengumumkan hasil resmi pemilu tanggal 22 Mei 2019. Ada jeda waktu sekitar satu bulan masyarakat harus menunggu hasil, yang kita harapkan tidak terjadi riak-riak sosial dan politik, yang membuat masyarakat resah dan tidak nyaman.
Pemungutan suara sudah selesai. Buang sekat-sekat perbedaan karena berbeda pandangan politik dan selera pilihan. Kita percayakan proses pemilu sepenuhnya kepada KPU dan Bawaslu.
Mari kita rajut kembali kerukunan dan kedamaian pasca-pemilu. Tak ada yang diuntungkan apabila perseteruan dan perselisihan terus berlarut-larut. Oleh karena itu, kepada para pemimpin, ulama, pemuka agama, politisi, dan terutama para elite politik, tunjukkanlah keteladanan kepada rakyat. Tebarkanlah kesejukan dan suarakanlah kedamaian.
Pesta demokrasi lima tahunan ini hanya sebuah proses kehidupan politik, sebagaimana proses kehidupan lainnya. Menjalani pemilu adalah semata demi dan untuk kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara dan bangsa besar, yang matang dalam berdemokrasi, terutama saat harus memilih pemimpin-pemimpin terbaiknya.
Budi Sartono Soetiardjo
Graha Bukit Raya, Cilame, Kabupaten Bandung Barat
Muak
Melihat acara politik di sebuah stasiun televisi (Selasa, 23/4/2019), rasanya muak melihat penampilan seorang politisi dari partai besar. Ia ditanya tentang banyaknya anggota KPPS yang meninggal saat pemilu 17 April 2019.
Dia beranggapan itu hanya masalah administratif, bukan masalah teknis pemilu. Saya sebagai anggota KPPS lebih dari sepuluh kali merasa bahwa dia itu tidak tahu rumitnya pemilu. Terlalu detail formulir yang harus diisi dan banyak kartu yang dicoblos.
Saya prihatin. Partai dan para anggotanya yang terpilih, harus berterima kasih kepada anggota KPPS yang meninggal karena kelelahan.
Djoko Martanto
Jl Manyar, Manahan, Solo
Solusi dari BRI
Sehubungan surat saya yang dimuat di harian Kompas, Jumat, 3 Mei 2019, perihal layanan pensiun, saya telah mendapatkan penjelasan dan solusi dari BRI untuk mendapatkan transaksi yang lebih mudah. Caranya, yaitu dengan melakukan pembukaan blokir melalui telepon seluler.
Selain itu, saya bisa mendapatkan kartu ATM sehingga tidak perlu lagi mengantre di bank.
Terima kasih BRI atas responsnya yang cepat. Semoga ke depan, layanan BRI makin prima.
Suyadi Prawiro
Selakopi Pasir Mulya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar