Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 27 Mei 2019

Revolusi Mental Pustakawan//Tiket Batal (Surat Pembaca Kompas)

Revolusi Mental Pustakawan

Terkait Hari Buku Nasional, 17 Mei, perpustakaan sebagai sumber belajar dan literasi informasi perlu berbenah agar setiap pemustaka leluasa menjelajahi dunia buku.

Perpustakaan berperan penting karena menjadi sumber dan referensi berbagai topik pengetahuan terbaru. Karena itu, diperlukan perubahan pola pikir dan revolusi mental para pustakawan serta perpustakaan secara maksimal sebagai bentuk penguatan dukungan program pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul, kreatif, produktif, dan berkarakter.

Pertama, pustakawan di seluruh wilayah NKRI harus dapat menjadi konsultan pengetahuan menyeluruh. Setiap kompetensi hard skill dan soft kill sebagai pustakawan harus berimbang. Pustakawan harus berubah paradigma berpikirnya mengikuti perkembangan zaman.

Seorang pustakawan bukan sekadar menata, mengambilkan, dan mengembalikan buku di rak buku. Ia juga harus mampu membaca, memahami, dan membagikan pengetahuan bidang keilmuan di sekelilingnya.

Oleh karena itu, seorang pustakawan harus melek literasi baca tulis, sains, digital, keuangan, numerik, serta kewarganegaraan dan budaya, sebagaimana literasi yang disepakati dalam Forum Ekonomi Dunia tahun 2015 untuk menghadapi persaingan global pada abad XXI.

Kedua, akselerasi sarana dan prasarana perpustakaan. Perpustakaan harus jadi rumah kedua pemustaka dan masyarakat. Perpustakaan harus jadi tempat singgah yang nyaman dan tenteram. Maka, semua sarana dan prasarana perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas ruang terbuka dengan bebas akses internet, ruang baca individu, ruang diskusi, ruang rileks, dan ruang seminar.

Selain itu, perpustakaan juga harus mengikuti perkembangan zaman dengan dukungan infrastruktur teknologi untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial. Buku referensi dalam bentuk digital, seperti e-book, e-journal, e-paper, dan e-media, dapat mendukung perpustakaan sebagai pusat belajar dan literasi masyarakat.

Ketiga, fasilitas perpustakaan yang lengkap dan kompetensi pustakawan yang unggul tidak akan berdaya guna tanpa sosialisasi dan branding maksimal.

Dr Muhammad Rohmadi, MHum Kepala UPT Perpustakaan UNS dan Dosen di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Tiket Batal

Bulan Oktober 2018 kami memesan tiket via daring dengan rute Kualanamu-Malikussaleh pergi-pulang untuk empat orang. Kode booking adalah GICCTW & OVCA9J dengan pesawat Garuda (19 April 2019) untuk keberangkatan dan Malikussaleh-Kualanamu untuk empat orang GICCTW & ETMAAV dengan pesawat Wings Air (20 April 2019). Semua telah dibayar lunas.

Pada 2 April 2019, tiket Garuda dibatalkan sepihak oleh maskapai dengan alasan masalah operasional. Maka, kami pun terpaksa mengganti tiket keberangkatan dengan tiket Wings Air (untuk tanggal 19 April 2019 dengan kode IXEVTD).

Pada 16 April 2019 ada pembatalan lagi, kali ini untuk tiket kepulangan 20 April 2019. Lagi-lagi berlangsung secara sepihak oleh pihak maskapai dan juga dengan alasan serupa: operasional.

Dua pembatalan itu menjengkelkan dan terkesan seenaknya dari maskapai, padahal pemesanan sudah berlangsung lebih dari lima bulan sebelumnya.

Refund untuk pembatalan Wings Air dari jasa online tetap dipotong 40 persen walau kesalahan ada di pihak maskapai. Saya jadi curiga, apakah ini modus baru perusahaan: memotong dana dengan membatalkan penerbangan?

Mohon penjelasan kedua pihak maskapai penerbangan dan Kementerian Perhubungan. Beri mereka sanksi dan jika perlu sekalian saja menutup jalur penerbangan Kualanamu-Malikussaleh.

Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli Jl Karet, Kemirimuka, Depok, Jawa Barat

Kompas, 27 Mei 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger