Dimediasi oleh Mesir, pemimpin Palestina di Jalur Gaza setuju gencatan senjata setelah terlibat kekerasan mematikan dengan Israel, mulai Senin (6/5/2019).
Belum ada komentar resmi dari Israel terkait kesepakatan ini. Namun, sepanjang Senin pagi hingga siang, tidak ada tembakan apa pun dari Israel yang mengarah ke Gaza. Israel pun mencabut pembatasan gerakan sipil di sekitar perbatasan Gaza mulai Senin pagi.
Eskalasi serangan dimulai Sabtu, ketika tembakan roket besar-besaran dari Gaza, yang diduga dilakukan Hamas dan Jihad Islam, dilancarkan ke Israel yang menarik gelombang serangan balasan Israel serta berlanjut sepanjang hari Minggu. Hal itu sesuai dengan seruan PM Israel Benjamin Netanyahu yang memerintahkan militer Israel untuk melanjutkan serangan besar-besaran terhadap gerilyawan di Gaza.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung langkah Israel melakukan serangan itu. Ia menyamakan serangan Hamas dan Jihad Islam tersebut sebagai serangan teroris.
Serangan besar-besaran Israel itu setidaknya menewaskan 23 warga Palestina, termasuk setidaknya sembilan militan, sejak kekerasan meningkat, Jumat. Namun, serangan Israel ini juga merusak kantor berita Turki, Anadolu, di Gaza. Akibatnya, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengecam keras serangan yang disebutnya sebagai teroris Israel.
"Turki dan Anadolu akan tetap memberi tahu dunia tentang terorisme dan kekejaman Israel di Gaza serta bagian lain Palestina meski kami diserang seperti itu," katanya.
Mesir, yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengambil inisiatif untuk memediasi gencatan senjata yang lebih lama dari kedua belah pihak. Upaya ini sudah sering dilakukan Mesir, tetapi biasanya hanya sementara.
Hamas dan Jihad Islam mengeluarkan pernyataan bersama bahwa "Tanggapan kami akan lebih luas dan lebih menyakitkan jika musuh terus menyerang." Bahkan, mereka sepertinya menolak gencatan senjata dengan menyatakan, "Perjanjian gencatan senjata baru didasarkan pada Israel untuk memudahkan blokade."
Di sisi lain pun, politisi oposisi Israel dan setidaknya satu dari partai koalisi Netanyahu mengkritik perjanjian itu. Mantan Kepala Staf Militer Israel Benny Gantz, yang menantang Netanyahu pada pemilihan umum 9 April, menyebut kesepakatan gencatan senjata itu sebagai "Israel menyerah terhadap pemerasan oleh Hamas dan organisasi teroris."
Gencatan senjata ini pasti tidak akan bertahan lama karena di setiap pihak belum ada satu kata. Mesir harus bekerja keras untuk mencari titik temu kedua belah pihak agar gencatan senjata bisa berlangsung lebih lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar