Jakarta berulang tahun ke-492 pada 22 Juni lalu dengan sejumlah kemajuan sekaligus tantangan bagi kepala daerahnya untuk memenuhi harapan warga.
Jakarta memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, kegiatan ekonomi dan perdagangan, serta budaya. Posisi tersebut menjadikan Jakarta selalu menarik banyak orang untuk datang dengan harapan mendapat kehidupan lebih baik. Urbanisasi menjadi persoalan sepanjang usia Jakarta karena menyangkut daya dukung fisik, sosial, dan ekonomi.
Dengan jumlah penduduk metropolitan Jakarta di atas 10,5 juta jiwa, dan ditambah kota ini tumpuan kegiatan ekonomi-sosial warga dari kota-kota sekitar Jakarta, kemacetan menjadi masalah kronis Jakarta.
Jakarta juga menghadapi tantangan penyediaan tempat tinggal layak, air bersih, dan sanitasi bagi warganya. Kota ini juga mengalami ketimpangan sosial-ekonomi cukup dalam yang membawa potensi kerawanan sosial.
Pada sisi lain, pendatang yang beragam dari sisi etnis, suku, agama, pendidikan, dan keterampilan, serta jender, adalah sumber kekuatan Jakarta untuk tumbuh menjadi kota yang lebih baik bagi warganya.
Charles Landry sebagai penemu konsep kota kreatif menyebut, kota yang baik dapat menghasilkan kondisi pengungkit agar warga dan organisasi berpikir, berencana, dan bertindak dengan imajinasi untuk menyelesaikan persoalan dan membangun peluang.
Karena itu, kota yang baik memiliki tujuh elemen di dalamnya: menjadi jangkar, terasa sebagai rumah, stabil, menjaga tradisi dan unik; tempat yang memberi berbagai kemungkinan, stimulasi, dan peluang hidup; tempat di mana warga mudah berkomunikasi dan saling terhubung, termasuk dengan dunia luar dan membuat warga merasa menjadi bagian dari jejaring lebih besar; kota juga menjadi tempat belajar, meningkatkan diri, merefleksi; tempat yang memberi inspirasi; kebudayaan hidup; dan kota yang baik disatukan melalui desain kota yang baik pula.
Sebagian warga Jakarta akan teringat pada Gubernur Ali Sadikin yang memulai pembangunan Jakarta yang manusiawi. Gubernur Anies Baswedan memiliki tantangan berbeda saat ini. Mengeratkan kohesi warga adalah salah satunya.
Jika dia menghidupkan kembali tradisi perayaan ulang tahun Jakarta dengan membuat acara hiburan di Bundaran Hotel Indonesia, Sabtu (22/6/2019), tujuannya adalah membangun interaksi antarwarga agar saling mengenal dan membangun toleransi.
Agar kohesi menghasilkan modal sosial bagi semua pemangku kepentingan kota, maka infrastruktur fisik, seperti jalan, transportasi, gedung, dan taman, perlu diramu dengan infrastruktur sosial, seperti pendidikan, kesehatan, hingga pengalaman warga, misalnya, menikmati aktivitas olahraga pagi di jalan-jalan utama pada hari Minggu; serta mengorganisasi dan mengelola kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar