Puasa Ramadhan selama satu bulan mengajak untuk menahan bukan hanya lapar dan haus sejak subuh hingga terbenam matahari. Lebih dalam lagi, puasa Ramadhan mengajarkan untuk menahan diri dari berkata tidak baik, berbohong, memfitnah, bergunjing, pamer, amarah, dan perbuatan buruk lain.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Aktivitas Umat Islam usai menjalankan sholat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (17/5/2019). Bulan Ramadhan di gunakan sebaik-baiknya Umat Islam untuk mencari pahala dengan beribadah, berdoa dan membaca Al Quran.

Puasa juga mengajarkan untuk mengingat dan berempati kepada yang kurang beruntung, ikut merasakan lapar dan haus mereka. Ini adalah saat berbagi dengan mereka yang duafa melalui zakat fitrah agar tidak ada warga miskin yang tidak ikut merayakan Lebaran dan zakat mal sebagai jalan membersihkan harta serta meratakan kemakmuran.

Pada bulan puasa ini kita juga mengalami peristiwa kericuhan pada 21 dan 22 Mei lalu di beberapa tempat di Jakarta yang sempat mengoyak ketenangan beribadah. Setidaknya delapan orang dilaporkan tewas, di antaranya remaja, dan ada korban tewas terkena peluru tajam.

Kita harus berani mengakui bahwa pemilihan presiden yang dibarengkan dengan pemilihan anggota legislatif dan Dewan Perwakilan Daerah dalam Pemilu 2019 telah menimbulkan polarisasi di masyarakat. Tidak sedikit yang mengatakan, hubungan kekeluargaan dan persahabatan menjadi renggang akibat berbeda pilihan.

Meskipun demikian, jajak pendapat terkini harian Kompas memperlihatkan sebagian besar responden mengatakan siap untuk kembali menambatkan tali kekeluargaan dan persahabatan yang sempat longgar atau bahkan putus akibat pilihan politik.

Lebaran menjadi momentum bersilaturahmi dan menerima bahwa perbedaan tidak harus menyebabkan perpecahan. Kita dapat membangun harapan masyarakat semakin dewasa ketika kesediaan untuk menerima perbedaan dan tetap dapat hidup damai berdampingan berasal dari masyarakat biasa.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Warga menunggu berbuka puasa dengan mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Semarang, Jumat (17/5/2019). Selama bulan Ramdhan ini berbagai kegiatan keagaman banyak dilakukan di berbagai tempat seperti ruang publik, panti asuhan hingga perkantoran.

Kesediaan sebagian anggota masyarakat tersebut perlu ditumbuhkan dan diluaskan melalui komunitas-komunitas masyarakat. Para tokoh di komunitas perlu didorong dan diberi ruang untuk membangun rasa saling percaya yang berangkat dari ketulusan.

Jika rasa saling percaya di masyarakat telah tumbuh, modal sosial yang sangat penting untuk memperkuat keutuhan bangsa akan mudah ditumbuhkan.

Pada masyarakat kita yang masih menganut pola patron-klien contoh dari para tokoh masyarakat di komunitas hingga di tingkat nasional akan mempercepat proses penguatan kohesi warga.