ARSIP PRIBADI

Dr Samsuridjal Djauzi 

Setelah berjuang hampir dua tahun melawan kanker serviks, bibi saya akhirnya meninggal. Saya amat sedih karena beliaulah yang membesarkan saya. Saya jauh dari orangtua yang masih tinggal di kota kecil. Saya menumpang selama kuliah di rumah bibi saya ini.

Setelah selesai kuliah, saya bekerja. Tetapi, bibi tak mengizinkan saya pindah rumah. Ia diketahui menderita kanker serviks dua tahun lalu ketika saya masih kuliah. Saya berusaha membantu beliau dengan menemani ke rumah sakit dan mendukungnya agar tetap sehat, menjaga makanan dan tidur. Saya juga menjadi tempat curahan hati karena suami beliau telah meninggal lima tahun lalu.

Anak beliau hanya seorang dan bertugas di Indonesia timur. Selama menemani beliau, saya memahami bahaya kanker serviks dan tahu betapa banyak perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks. Ribuan perempuan meninggal setiap tahun akibat kanker serviks. Penyakit bibi saya telah lanjut dan menyebar sehingga pengobatannya lebih bersifat paliatif.

Menurut dokter, tujuan pengobatan paliatif lebih diutamakan untuk mengurangi penderitaan penderita. Bibi menjalani radioterapi serta minum obat. Namun, berat badannya turun, nafsu makan hilang, dan dia sering mengeluh nyeri serta tak bisa tidur. Saya dan asisten rumah tangga kami berusaha mengurangi penderitaan dan rasa tak nyaman beliau. Dua minggu sebelum beliau meninggal, kami membawa beliau ke rumah sakit karena kesadarannya mulai terganggu dan sama sekali tak mau makan. Setelah dirawat dua minggu, akhirnya beliau meninggal.

Saya ikut belajar mengenai kanker serviks melalui perjalanan penyakit yang dialami beliau. Sebagian besar penderita ternyata terdiagnosis pada stadium lanjut. Padahal, sebenarnya dari infeksi HPV sampai timbulnya kanker terdapat rentang waktu yang panjang, sekitar 20 tahun. Sekiranya pasien mau melaksanakan pemeriksaan pap smear atau IVA, mungkin infeksi HPV akan terdiagnosis sebelum ada kanker.

Pada masa pra-kanker, terapi masih dapat memberikan hasil penyembuhan. Namun, jika kanker sudah lanjut, terapi kanker serviks sekalipun diobati di luar negeri hasilnya tidak baik. Bagaimana caranya menyadarkan kaum perempuan untuk menjalani imunisasi HPV serta pemindaian atau screening kanker serviks? Adakah contoh di luar negeri?

Adakah negara yang berhasil menurunkan kanker serviks secara nyata? Apakah imunisasi HPV juga perlu diberikan kepada laki-laki? Terima kasih atas penjelasan dokter.

T di J

Anda benar, imunisasi HPV diharapkan dapat melenyapkan kanker serviks. Australia berharap pada 2040 tidak ada lagi kanker serviks baru di negara itu. Penurunan kanker serviks dinilai melalui penurunan kejadian pra-kanker setelah dilaksanakan sekitar 10 tahun imunisasi HPV.

Ternyata efektivitas imunisasi HPV untuk pra-kanker serviks mencapai 95 persen sampai 100 persen. Karena itulah, para pengambil kebijakan di banyak negara segera menerapkan imunisasi HPV secara nasional.

Imunisasi diberikan kepada siswi sekolah berusia 9-13 tahun. Rentang usia ini diharapkan belum melakukan kontak seksual dan respons imunnya sedang dalam keadaan amat baik. Jika orang dewasa memerlukan suntikan vaksin HPV tiga kali untuk menumbuhkan antibodi yang mencukupi untuk mencegah penularan, pada rentang umur 9-13 tahun cukup diberi suntikan dua kali.

Semula yang diimunisasi hanya siswi, tetapi sekarang sebagian besar negara juga memberikan suntikan HPV kepada siswa untuk mencegah kutil kelamin (Condyloma acuminata) serta kanker lain yang berkaitan dengan HPV pada laki-laki, misalnya kanker penis.

Negara kita juga menyadari pentingnya imunisasi HPV sehingga sejak empat tahun ini telah dimulai imunisasi HPV pada anak sekolah meski masih terbatas pada perempuan. Memang imunisasi itu baru dilaksanakan di beberapa kota, belum seluruh siswa sekolah di Indonesia. Penyuntikan vaksin HPV dilakukan bertahap karena harga vaksin cukup mahal, sambil pemerintah menilai manfaat vaksinasi ini di tempat yang telah dijalankan.

Imunisasi HPV di Indonesia diberikan kepada siswi SD kelas V dan diulang sekali lagi pada waktu kelas VI (setahun kemudian). Bagaimana dengan orang yang sudah dewasa, bahkan sudah menikah? Apakah imunisasi ini masih bermanfaat? Bagi perempuan yang sudah menikah/melakukan hubungan seksual, dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan pap smear atau IVA; jika baik langsung diimunisasi, jika tak baik diobati dulu baru diimunisasi.

Mereka yang sudah menjalani imunisasi tetap harus menjalani screening kanker serviks meski risiko terkena kanker serviks secara teori menurun tajam. Menurut pakar kanker kebidanan, imunisasi HPV masih bermanfaat sampai usia 55 tahun.

Jika Anda peduli terhadap kanker serviks, apa yang perlu Anda lakukan? Pertama menjalani hidup sehat. Makanan bergizi dan seimbang, berolahraga teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan menjalani imunisasi HPV. Di Indonesia terdapat dua jenis vaksin HPV: vaksin HPV bivalen untuk mencegah kanker serviks, sedangkan vaksin HPV quadrivalen di samping mencegah kanker serviks juga untuk mencegah kutil kelamin.

Sekarang mulai timbul gagasan agar vaksin HPV tidak hanya diberikan kepada perempuan, tetapi juga laki-laki. Kutil kelamin merupakan penyakit yang sering dijumpai pada laki-laki ataupun perempuan. Terapi kutil kelamin agak sulit dan penyakit ini sering kambuh. Karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati. Alasan lain adalah HPV tidak hanya erat hubungannya dengan kanker serviks, tetapi juga dengan kanker anal, penis, dan kanker tenggorok. Jadi, imunisasi HPV diharapkan dapat menurunkan berbagai jenis kanker tadi.

Apakah imunisasi HPV akan dimasukkan Program Imunisasi Nasional (PIN)? Imunisasi HPV memang secara bertahap akan masuk PIN. Untuk itu, perlu persiapan dan kesiapan masyarakat dan tersedianya dana yang cukup. Siswa sekolah yang memerlukan imunisasi HPV berjumlah jutaan orang dan imunisasi HPV perlu dilakukan dua kali. Nah, sambil menunggu imunisasi HPV masuk dalam PIN, setiap keluarga yang mampu dapat menjalani imunisasi HPV dengan biaya sendiri dulu. Prioritas pada anak usia 9-13 tahun, selanjutnya remaja perempuan dan laki-laki.

Perempuan yang sudah menikah dianjurkan berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum menjalani imunisasi HPV ini. Kanker serviks masih merupakan kanker kedua tersering pada perempuan yang menyebabkan kematian di samping kanker payudara. Imunisasi HPV membawa harapan untuk mencegah kanker serviks. Vaksinnya sudah tersedia. Maka, sudah sepatutnya setiap keluarga merencanakan untuk memperoleh imunisasi HPV.