Tanker itu awalnya bernama Grace 1, yang ditangkap di Gibraltar oleh aparat Inggris atas perintah Amerika Serikat. Namun, negara Eropa berhasil melobi dan melepas Grace 1 kembali berlayar asal tidak menuju Suriah.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Adrian Darya, yang sejak Senin (2/9/2019) mematikan sistem identifikasi otomatis (AIS) di kapal sehingga tidak bisa dilacak, tengah menuju Pelabuhan Tartus, Suriah.
Di depan sidang parlemen Iran, Presiden Hassan Rouhani menyatakan, Iran tak akan pernah mau melakukan pembicaraan bilateral dengan AS. "Dialog akan terjadi jika berada dalam kerangka kekuatan besar dunia yang menyetujui Kesepakatan Nuklir 2015," kata Rouhani di depan sidang parlemen dan disiarkan radio, Selasa (3/9).
Rouhani juga kecewa dengan kegagalan Eropa mencari jalan memenuhi janji yang dibuat untuk membantu kebangkitan ekonomi Iran. "Setelah AS ingkar janji, Eropa pun belum bertindak sesuai komitmen mereka sendiri. Jangan-jangan mereka tidak bisa memenuhinya, padahal yang kami minta mereka tetap membeli minyak kami," kata Rouhani.
Sejak Mei 2018, Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang disepakati Perancis, Inggris, Jerman, Rusia, China, dan AS, serta memberi sanksi baru, termasuk larangan ekspor minyak mentah dari Iran ke seluruh dunia. AS menggerakkan mesin perangnya ke Teluk Parsi.
Pada pertemuan G-7 di Perancis, Presiden Perancis Emmanuel Macron berhasil membujuk Trump untuk bertemu Rouhani. Sejak saat itu, sikap Trump terkait Iran melunak. Trump mulai menggeser sebagian mesin perangnya ke Laut Tengah, menjauh dari teluk (Kompas, 3/9/2019).
Melunaknya sikap Trump diduga dipengaruhi lobi dari negara Eropa, terutama Presiden Macron dan orang-orang di Badan Pusat Intelijen AS (CIA). Terkait dengan Iran, dikabarkan Trump lebih mendengarkan Michael D'Andrea serta Dan Kurtz. Dua pejabat CIA ini bisa meyakinkan Trump, bahwa perang terbuka melawan Iran "berisiko besar dan sulit diprediksi".
Namun, menghilangnya tanker Adrian Darya dan pernyataan Rouhani membuat ketegangan di kawasan itu naik kembali. Sebelumnya, Jumat (29/8), Trump mencuit terkait kegagalan peluncuran roket Iran sehari sebelumnya. "Mengapa Trump mencuit dan mengunggah gambar ledakan itu dengan rasa puas. Itu sama sekali tidak dapat dimengerti," ujar juru bicara pemerintah, Ali Rabiei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar