Secara sederhana, refleksi-diri merupakan kesediaan untuk memeriksa diri kita sendiri, melakukan koreksi, sehingga kemudian dapat melakukan berbagai hal secara lebih baik. Kita memiliki saat-saat refleksi-diri dalam kehidupan nyata ketika kita berpikir, "Eh, mengapa saya melakukan itu, ya?"
Dengan berefleksi kita dapat memperoleh kesadaran diri. Itu berarti kita memiliki pengakuan yang jelas tentang kepribadian secara keseluruhan. Ini termasuk kekuatan dan kelemahan kita, pikiran dan keyakinan, emosi, serta sumber motivasi. Memiliki kesadaran diri juga membantu kita memahami orang lain, bagaimana mereka memandang kita maupun tindakan kita (https://www.developgoodhabits.com/self-awareness-activities/, diunduh 16 Oktober 2019).
Banyak orang beranggapan bahwa kesadaran diri diperoleh secara mudah dan alami, padahal sebenarnya sulit didapat. Melalui berbagai latihan, kita dapat belajar meningkatkan pengetahuan diri dan menemukan cara baru untuk menafsirkan pikiran, tindakan, perasaan, dan percakapan yang kita lakukan dengan orang lain. Mencapai kesadaran diri memberi kita kesempatan untuk membuat perubahan positif dalam perilaku serta meningkatkan kepercayaan diri kita.
Hal ini sebenarnya diperlukan bukan saja oleh mereka yang supersibuk. Berhenti sejenak untuk berefleksi-diri bisa dilakukan oleh para siswa, pegawai, pengusaha, orangtua, pimpinan, dan siapa pun.
Manfaat
Secara terperinci, Sara Uzer (2015) memaparkan tujuh manfaat refleksi-diri.
1. Memungkinkan Anda memperhatikan pola-pola negatif dalam hidup.
Mungkin selama ini Anda terus-menerus kembali ke suatu hubungan yang buruk, tetapi mencoba meyakinkan diri bahwa melalui semua frustrasi dan ketidakkonsistenan sikap, pada akhirnya orang akan berubah. Mungkin Anda terus memanfaatkan uluran tangan rekan kerja, menunda tugas Anda sendiri dan menghambat kemajuan Anda dalam jangka panjang.
Apa pun masalahnya, introspeksi memungkinkan Anda mengenali pola-pola negatif selama ini, dan jadi sadar bahwa hal tersebut memiliki efek yang merugikan emosi dan pandangan Anda. Dari sini, Anda dapat mempertimbangkan pendekatan alternatif untuk situasi tersebut dan akhirnya berusaha menjauh dari penyebab masalah.
2. Membuat tetap fokus pada perspektif yang lebih luas.
Misalnya kegiatan magang Anda yang belum mendapat bayaran, secara perlahan tetapi pasti terasa seperti kerja paksa. Pada saat pulang tiba, yang dapat Anda pikirkan hanyalah merasa tidak berdaya. Padahal, tanpa pengalaman apa pun, Anda tidak bisa mendapatkan pekerjaan impian Anda.
Ketika berada dalam situasi tidak memiliki tujuan menyeluruh dalam pikiran, tugas sehari-hari menjadi tidak berarti dan semakin membuat frustrasi. Oleh karena itu, penting untuk memiliki visi yang jelas tentang titik Anda ingin melihat diri di masa depan. Tuliskan jika memang perlu, bertahan dan tak lupa terus mengingatkan diri tentang apa yang ingin Anda capai pada akhirnya. Akibatnya, Anda akan memiliki sikap yang lebih positif terhadap kewajiban Anda saat ini.
3. Mencegah menjadi khawatir tentang hal-hal di luar kendali.
Kemacetan lalu lintas; atasan yang tidak pernah mempertimbangkan pendapat Anda; atau hujan deras ketika Anda merencanakan akhir pekan di pantai; semua ini berada di luar kendali Anda. Tidak peduli telah berulang kali diberi tahu untuk tidak menekankan pada apa yang tidak bisa kita ubah, kita masih saja melakukannya.
Sulit untuk menyadari bahwa kita tidak selalu memiliki kendali total atas hasilnya. Kadang kala kita tak punya pilihan selain beradaptasi dengan kondisi yang tidak menguntungkan. Introspeksi membuat kita pada akhirnya menjaga jarak dari aspek-aspek yang tidak dapat kita pengaruhi. Sebagai gantinya mencoba mengarahkan energi kita ke hal-hal yang benar-benar memang dapat kita tingkatkan.
4. Membantu menghadapi ketakutan.
Kita semua ingin menjadi orang yang dapat menghadapi tantangan, kemudian berhasil. Akan tetapi, mari akui bahwa kita semua takut terhadap sesuatu. Entah itu penolakan, kegagalan atau sesuatu yang lain.
Introspeksi memungkinkan Anda untuk mengakui ketakutan pada diri sendiri dan pada akhirnya mempelajari cara terbaik untuk menanganinya. Hal ini bisa merupakan proses "coba-salah". Namun, dengan cukup mengenali hal yang membuat kita takut, hal itu sudah merupakan titik awal yang baik.
5. Memungkinkan untuk secara jelas mendefinisikan kebahagiaan sesuai persyaratan pribadi.
Kapan merasa paling bahagia? Dengan siapa paling menikmati waktu bersama? Prestasi apa yang paling Anda banggakan dan mengapa? Pertanyaan ini mungkin kelihatannya klise dan ganjil, tetapi sesungguhnya memiliki banyak nilai. Dengan mengenali berbagai peristiwa positif dalam hidup, Anda dapat menerapkan pengetahuan Anda untuk tujuan dan upaya masa depan.
Misalnya, jika obrolan telepon singkat dengan sahabat selalu membangkitkan semangat, luangkan waktu untuk melakukannya setiap hari. Atau, jika Anda merasa paling berhasil setelah menyelesaikan proyek secara mandiri, mulailah mengambil lebih banyak inisiatif dan mengerahkan sikap mandiri yang sama di tempat kerja.
6. Memungkinkan untuk membuat keputusan berdasarkan hati nurani.
Ketika perlu membuat keputusan hidup yang penting, orang-orang tertentu dalam hidup Anda secara alami akan memiliki pendapat. Namun, introspeksi membantu membuat keputusan berdasarkan pemahaman sepenuhnya tentang apa yang benar atau salah untuk Anda.
Buatlah pilihan berdasarkan apa yang benar-benar diyakini, tanpa membiarkan masukan orang lain memengaruhi. Meskipun tidak salah meminta saran dan umpan balik orang lain, pada akhirnya percayalah pada intuisi Anda, hal ini tidak akan mengecewakan. Dengan mengikuti hati nurani, pada gilirannya Anda akan merasa lebih baik tentang jalur dan arah yang Anda pilih.
7. Pada akhirnya akan diperoleh hasil yang berbeda.
Ketika terus-menerus menjalani hidup dengan cara yang sama, kita pasti memblokir peluang untuk mengubah hal-hal menjadi lebih baik. Dengan menjadi lebih sadar diri, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup.
Baca juga : Remaja dan Kesepian
Secara alami, ini melibatkan pembuatan perubahan, apakah itu signifikan atau tidak. Tentu saja, tidak ada yang suka berubah, karena tidak nyaman dan menakutkan, dan kita cenderung mencari kenyamanan dalam segala hal yang kita ketahui. Inilah sebabnya, sangat penting untuk bertanya pada diri sendiri, apakah perlu menghabiskan waktu hanya lima menit dari hari kita untuk introspeksi sebagai imbalan atas meningkatnya peluang kebahagiaan?
Kompas, 26 Oktober 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar