Bahasa Asing di Ruang Publik

Harian Kompas, 22 Oktober 2019 memuat berita "Bahasa Inggris Dominan". Isinya tentang bahasa Inggris yang mendominasi ruang publik, menunjukkan tidak ada kepercayaan diri masyarakat Indonesia terhadap bahasanya.
Menurut hemat saya, krisis ini malah berkembang lebih jauh, bukan hanya karena tidak percaya kepada bahasanya, tetapi juga tidak percaya kepada nama-nama Indonesia dan ke-Indonesia-an lainnya.
Misalnya, di Indonesia ada kompleks pemakaman dengan nama lokasi asing di Amerika. Mengapa nama itu yang dipilih? Apa hubungan lokasi itu dengan Indonesia? "Ketemu pirang perkara," kata orang Jawa.
Di luar negeri saya tidak menemukan kompleks pemakaman Tangkubanparahu Hills Cemetery. Perasaan NKRI saya lebih menerima apabila di Indonesia ada kompleks pemakaman Rengasdengklok atau Rawabelong.
M Mansur Jl Perdatam Terusan, Pesanggrahan, Jakarta 12250
Koreksi
Dalam resensi Hendar Putranto atas buku Demokrasi dan Kedaruratan: Memahami Filsafat Politik Giorgio Agamben karya Agus Sudibyo, ada yang menurut saya perlu dikoreksi.
Dikatakan, "… Muslim Rohingya di perbatasan Myanmar dan Thailand" (Kompas, 16/11/2019). Yang benar mestinya adalah "… di perbatasan Myanmar dan Bangladesh".
Budiawan Celeban Baru, Yogyakarta
Catatan Redaksi:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar