ARSIP PRIBADI

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Ayah saya sudah menderita diabetes sejak 20 tahun lalu. Beliau sibuk bekerja dan sering bepergian ke luar kota sehingga pengaturan makan serta kepatuhan minum obat terganggu. Beliau hampir tak pernah berolahraga karena sibuk.

Selain diabetes, ayah juga menderita darah tinggi. Hipertensinya naik-turun karena gaya hidup dan kepatuhan minum obat yang tak mendukung.

Sejak pensiun, ayah saya lebih teratur berkonsultasi dengan dokter. Seminggu lalu, saya sebagai anak tertua dipanggil dokter. Ibu saya meninggal lima tahun lalu karena kanker payudara. Saya diajak bicara oleh dokter mengenai penyakit ayah. Ternyata akibat diabetes yang tak terkendali, fungsi ginjal ayah terganggu.

Sekarang gangguan fungsi ginjal itu sudah cukup parah. Jika tak hati-hati, akan masuk ke stadium gagal ginjal terminal yang memerlukan cangkok ginjal atau cuci darah. Saya tentu khawatir dengan diagnosis dokter, tetapi saya mencoba memberikan semangat pada ayah agar dapat menjalani nasihat dokter, baik mengenai petunjuk makan, minum, olahraga, maupun petunjuk minum obat.

Sekarang ayah harus belajar menyuntik insulin sendiri untuk mengendalikan gula darahnya. Ayah saya tampaknya dapat menerima kenyataan ini dan berjanji menjalani kehidupan yang lebih sehat serta rajin berkonsultasi dengan dokter. Sebenarnya pada waktu terkena diabetes, ayah mendapat banyak informasi. Namun, semua informasi itu tak sempat diamalkan ayah karena ayah terlalu sibuk dengan tugasnya.

Meski mungkin situasi sudah terlambat, ayah berharap taraf kesehatannya akan lebih membaik dan ia dapat menikmati masa pensiun bercengkerama dengan anak dan cucunya. Ayah mempunyai tiga anak dan dua cucu. Saya sebagai anak perempuan, sekaligus anak tertua tinggal bersama ayah.

Jadi, sehari-hari ayah akan banyak mendapat dukungan dari saya. Untunglah saya tak bekerja, hanya mengurus dua anak yang belum sekolah. Suami saya bekerja di sebuah bank, dia juga sibuk jadi tak sempat memperhatikan penyakit ayah. Pertanyaan saya, apakah semua orang yang menyandang diabetes melitus berisiko terkena gagal ginjal? Apa gejala gagal ginjal dan bagaimana cara mencegahnya khususnya untuk penderita diabetes melitus? Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di S

Diabetes merupakan penyakit yang sering dijumpai di negeri kita. Jumlah penyandang diabetes melitus semakin meningkat, mungkin disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kemudahan untuk diagnosis diabetes melitus. Penyandang diabetes melitus harus berusaha mengendalikan gula darah serta mengamalkan gaya hidup sehat.

Pengobatan diabetes melitus harus dijalankan dengan patuh. Berat badan diusahakan agar mencapai berat badan normal. Olahraga tiap hari sekurangnya lima kali dalam seminggu dengan durasi sekitar 30 menit. Manfaat, efek samping, dan cara memakan obat diabetes harus dipahami.

Jika memakai obat suntikan insulin, harus mampu untuk menyuntik sendiri agar tidak bergantung pada orang lain. Selain mematuhi gaya hidup sehat, patuh minum obat, penyandang diabetes juga harus memeriksakan diri untuk kemungkinan timbulnya komplikasi.

Komplikasi jangka panjang yang dapat timbul adalah kelainan pada pembuluh darah, baik di otak, jantung, ginjal, mata, maupun pembuluh darah kaki. Tidak jarang penyandang diabetes yang gulanya tak terkendali dalam waktu lama akan mengalami komplikasi ini. Jika sudah terjadi komplikasi, pengobatan menjadi sulit dan belum tentu dapat mengembalikan situasi ke keadaan sebelum ada komplikasi.

Ayah Anda mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebut gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik ini dibagi dalam beberapa stadium sesuai dengan keadaan fungsi ginjal. Seperti diterangkan oleh dokter, fungsi ginjal ayah Anda sulit untuk menjadi normal kembali, tetapi dapat dipertahankan agar tidak semakin menurun.

Gejala gagal ginjal biasanya timbul jika gagal ginjal sudah dalam stadium lanjut. Penderita dapat merasa mual, lemah, pucat, nafsu makan berkurang, dan dapat juga sampai merasa sesak napas. Pada pemeriksaan laboratorium banyak ditemukan protein di urine serta ureum dan kreatinin meningkat. Acap kali gagal ginjal kronik disertai juga dengan hipertensi. Untuk itu, obat hipertensi yang dipilih sekaligus yang memperbaiki fungsi ginjal.

Jadi, amat penting memantau keberhasilan terapi diabetes secara berkala. Penyandang diabetes harus berkonsultasi dengan dokter secara berkala. Di samping pemeriksaan fisik, tekanan darah, jantung, aliran darah di kaki, perlu juga diperiksa laboratorium. Pemeriksaan laboratorium untuk menilai gula darah, fungsi ginjal, lemak darah secara berkala perlu dilakukan. Dengan demikian, dapat terhindar dari diagnosis gagal ginjal yang sudah lanjut.

Semakin dini gagal ginjal terdeteksi, semakin menguntungkan bagi penyandang diabetes melitus. Nah, seperti dikemukakan, selain gagal ginjal juga harus diperiksa kemungkinan komplikasi diabetes melitus yang lain, seperti kelainan retina mata, pembuluh darah koroner jantung, serta pembuluh darah ke tungkai.

Penyandang diabetes melitus juga dapat mengalami komplikasi disfungsi ereksi. Pemantauan berkala hasil pengobatan diabetes penting agar dapat mencegah atau kalau terjadi komplikasi tersebut, dapat ditemukan sedini mungkin.

Pada 9 November nanti kita akan memperingati hari diabetes melitus sedunia. Peringatan ini penting untuk meningkatkan kepedulian kita semua terhadap diabetes melitus. Khusus untuk mereka yang mempunyai riwayat keluarga diabetes melitus, sedini mungkin hendaknya mengamalkan gaya hidup sehat.

Makanan diatur, hindari makanan dan minuman manis, serta olahraga. Berat badan harus dijaga agar tetap pada cakupan berat badan normal. Selain itu, periksakan gula darah secara berkala sehingga diabetes melitus dapat terdeteksi secara dini. Jika diabetes melitus dapat dideteksi secara dini, dapat dihindari terjadinya komplikasi kronik melalui pengendalian gula darah dengan baik.

Diabetes melitus acap kali bersamaan dengan kadar lipid yang abnormal, hipertensi, dan berat badan berlebih. Jadi, mereka yang mengalami hal tersebut ada baiknya juga memeriksakan gula darah. Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan di berbagai laboratorium, tetapi untuk pemeriksaan itu diperlukan persiapan yang baik.

Kementerian Kesehatan kita sedang memasyarakatkan kebiasaan untuk mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak. Kita harus lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah. Kita perlu berolahraga setiap hari, jangan hanya pada hari libur. Olahraga yang baik adalah olahraga aerobik yang baik untuk jantung dan paru. Kita dapat memilih olahraga jalan kaki, jalan cepat, lari, bersepeda, atau berenang.