Sepanjang pengetahuan saya, imunisasi merupakan cara yang ampuh untuk menurunkan risiko penyakit menular. Sebagai seorang perawat yang sebentar lagi pensiun, saya sedih masyarakat kita belum sepenuhnya memahami pentingnya imunisasi.
Saya menyaksikan masih banyak orangtua yang tidak membawa anaknya menjalani imunisasi atas berbagai alasan. Alasan yang sering dikemukakan adalah tak punya waktu, takut anak jadi demam jika disuntik. Ada juga yang beranggapan karena sudah menyusui secara penuh, anak sudah terlindung dari penyakit menular.
Beberapa kali saya jelaskan bahwa menyusui amat penting, akan mendukung tumbuh kembang anak secara benar. Menyusui juga meningkatkan kesehatan anak secara nyata, tetapi tidak cukup untuk mencegah penularan penyakit.
Dua tahun lalu kita mengalami kejadian luar biasa difteri, pemberitaan tentang bahaya difteri meningkatkan kepedulian orangtua terhadap imunisasi. Namun, sekarang tampaknya mengendur lagi. Apalagi di media sosial banyak berita yang menyebarkan manfaat makanan, minuman, obat herbal yang mencegah penyakit bahkan menyembuhkan kanker. Amat disayangkan masih banyak orang percaya begitu saja pada berita-berita itu tanpa menelusuri sumber yang berwenang.
Menurut pengamatan saya, ibu yang pendidikannya lebih rendah cenderung mengabaikan hak anak untuk memperoleh imunisasi. Pemerintah telah menjalankan program imunisasi nasional. Ini berarti pemerintah menjamin hak semua anak Indonesia untuk memperoleh imunisasi yang diperlukan. Imunisasi dapat dilakukan di posyandu, puskesmas, dan bagi ibu yang sibuk bekerja juga dapat membawa anaknya ke layanan swasta di sore hari. Sekarang juga banyak klinik imunisasi yang buka di hari libur.
Imunisasi terbukti dapat melenyapkan penyakit cacar. Kita juga sudah berulang-ulang mengadakan imunisasi massal polio. Hasilnya amat menggembirakan. Indonesia sudah berhasil bebas polio hampir sepuluh tahun ini. Semua ini berkat kerja sama pemerintah dan masyarakat. Jika kita berhasil meningkatkan cakupan imunisasi campak, mudah-mudahan dalam beberapa tahun lagi penyakit campak yang banyak menimbulkan kematian pada anak juga akan dapat dilenyapkan.
Sebagai perawat yang merawat anak di rumah sakit, saya merasa amat prihatin banyak anak yang dirawat, bahkan meninggal, karena penyakit menular yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya pneumonia. Saya ingin mengajak masyarakat menyadari imunisasi adalah hak masayarakat, hak untuk terlindung dari penyakit menular.
Jika imunisasi merupakan hak, sebenarnya masyarakat harus memperjuangkan agar hak tersebut dipenuhi oleh pemerintah. Dewasa ini seolah-olah pemerintah yang selalu mengajak masyarakat untuk menjalani imunisasi dan sebagian masyarakat enggan menjalaninya.
Bagaimana pendapat Dokter, apakah tidak sebaiknya ada organisasi masyarakat yang memperjuangkan hak untuk mendapatkan imunisasi ini? Mungkin pemerintah perlu didesak untuk meningkatkan anggaran imunisasi agar penyediaan vaksin mencukupi dan makin banyak vaksin yang dimasukkan dalam program imunisasi nasional. Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Saya gembira sekali Anda mengangkat masalah imunisasi dalam ruang konsultasi ini. Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dalam program ke depan merencanakan imunisasi untuk semua orang dan di mana saja. Artinya, tidak boleh hanya orang yang mampu saja yang mendapat imunisasi.
Di Indonesia imunisasi masih diutamakan pada bayi dan anak. Imunisasi pada orang dewasa masih sedikit yang didukung pemerintah. Setahu saya baru tetanus difteri untuk perempuan yang akan menikah serta meningitis untuk jemaah haji. Pada umumnya imunisasi pada orang dewasa masih belum mendapat biaya dari pemerintah. Padahal, manfaat imunisasi pada orang dewasa dan usia lanjut sama dengan pada anak, yaitu dapat menurunkan risiko penyakit menular.
Bahkan, pemberian imunisasi influenza dan pneumonia pada orang usia lanjut dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian secara nyata. Kita berharap jika keuangan pemerintah sudah lebih baik, anggaran imunisasi akan lebih besar lagi dan secara bertahap juga disediakan untuk imunisasi orang dewasa dan usia lanjut.
Namun, imunisasi bukan sekadar masalah biaya. Cukup banyak orang yang mampu tidak menjalani imunisasi. Sebuah survei di Australia menunjukkan, sebagian besar orangtua membawa anak mereka menjalani imunisasi karena dokter menyarankan. Jadi, faktor dokter atau tenaga kesehatan untuk menyarankan imunisasi itu ternyata penting.
Selain itu, pemberitaan mengenai imunisasi perlu diluruskan. Hampir tak ada negara di dunia yang tak menjalankan program imunisasi. Tetangga kita Timor Leste yang merupakan negara baru pun telah dapat menjalankan imunisasi dengan baik. Capaian mereka melebihi banyak negara lain di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kita boleh berkilah penduduknya sedikit sehingga capaiannya bagus, tetapi jika kita semua peduli pada imunisasi, capaian kita juga dapat bagus.
Anda benar sekali kesehatan merupakan hak warga negara kita. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik, salah satunya adalah dengan imunisasi. Seperti halnya pendidikan, orangtua harus meminta agar hak anak mereka untuk diimunisasi dipenuhi.
Undang-undang negara kita menjamin bahwa semua anak Indonesia berhak memperoleh imunisasi. Hak tersebut jangan dihalangi baik oleh pemerintah maupun orangtua. Pemerintah harus menjamin persediaan vaksin yang dibutuhkan mencukupi serta imunisasi dijalankan sesuai skema yang ada. Masyarakat juga harus menuntut haknya agar mereka yang memerlukan imunisasi dapat menjangkaunya.
Media massa juga perlu menciptakan lingkungan berita yang mendukung cakupan imunisasi di masyarakat agar dapat mencapai cakupan yang tinggi. Para tokoh masyarakat hendaknya mengajak masyarakat agar menjalani imunisasi, termasuk tokoh-tokoh agama yang pendapatnya didengar.
Tidaklah mudah mengatur media sosial karena setiap orang dapat mengemukakan pendapatnya, tidak tergantung apakah dia pakar atau tidak. Hanya sebagai warga negara yang baik, tentu kita tidak akan menyebarkan berita yang tidak atau belum diyakini kebenarannya.
Usul Anda untuk membuat lembaga masyarakat dalam memperjuangkan hak imunisasi ada baiknya. Mudah-mudahan lembaga itu dapat membalik keadaan. Jika selama ini pemerintah yang selalu mengajak masyarakat menjalani imunisasi, suatu waktu masyarakat yang akan mengingatkan pemerintah agar seluruh masyarakat memperoleh imunisasi sesuai keperluannya.
Anggaran kita untuk imunisasi memang masih perlu ditingkatkan dan pemerintah tentu akan mempertimbangkan jika ada kebutuhan yang nyata di masyarakat.
Anda benar kejadian luar biasa seperti difteri dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah. Cakupan imunisasi kita secara nasional sudah lumayan, tetapi masih banyak kabupaten dan provinsi yang cakupan imunisasinya rendah sehingga rawan terjadi kejadian luar biasa.
Di Filipina sekarang sedang meningkat wabah campak dan polio. Kita juga harus berhati-hati jangan sampai penyakit itu juga menjadi masalah di negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar