Dewasa ini istilah inovasi sudah demikian akrab di telinga. Sebagian orang pun meniscayakan konsep yang digaungkan Joseph A Schumpeter (1912) ini bagi bisnis.
Dunia usaha yang ingin bertahan, atau ingin berlanjut, harus terus menggaungkan inovasi dalam dirinya. Sering kita dengar semboyan "berinovasi atau mati" di berbagai forum.
Sementara banyak orang yang meyakini keniscayaan inovasi, tidak sedikit pula yang belum memahami persis makna inovasi, dan bagaimana proses itu harus dijalankan. Yang juga tidak kalah penting, lingkungan seperti apa yang dibutuhkan agar inovasi itu bisa berbuah.
Terakhir isu inovasi ini diangkat kembali oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang S Brodjonegoro pada acara The Habibie Award ke-21, Selasa (12/11/2019), di Jakarta. Bambang mengatakan, tesis klasik, bahwa untuk menjadi negara dengan perekonomian yang kuat, Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada sumber daya alam, tetapi mesti mengembangkan inovasi. Ditambahkan pula, untuk itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui konsistensi pengembangan ilmu dan riset bidang yang spesifik (Kompas, 13/11/2019).
Pada sisi lain, Bambang juga mengakui bahwa saat ini kondisi belum mendukung peneliti menggeluti risetnya sehingga penelitian tidak optimal. Disinggung perlunya apresiasi agar peneliti konsisten mengembangkan ilmunya.
Apresiasi terhadap peneliti antara lain diwujudkan dengan memberikan insentif yang lebih baik dari waktu ke waktu. Selain itu, pembangunan ekosistem inovasi agar berbuah baik juga perlu terus-menerus dibangun. Bambang menyinggung sinergi triple helix, yaitu antara pemerintah, perguruan tinggi, dan badan usaha. Dewasa ini, dalam rangka memperluas pemangku kepentingan, sering juga paham ini diperluas menjadi penta helix dengan memasukkan komunitas dan media massa.
Mengikuti wacana inovasi di Tanah Air, sebenarnya konsep ini sudah bergaung luas di berbagai forum. Bahkan, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah dibentuk Komite Inovasi Nasional berdampingan dengan Komite Ekonomi Nasional. Pada masa pemerintahan Orde Baru juga sempat dikenalkan program link and match, yang menggambarkan keterkaitan yang erat antara dunia usaha dan pendidikan, yang difasilitasi pemerintah.
Selain itu, berbagai seminar dan literatur tentang inovasi juga bermunculan. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa buah inovasi belum seperti yang kita harapkan? Padahal, potensi ekonomi di negeri ini sangatlah besar. Sejumlah warga negeri ini pun menghasilkan inovasi yang mengguncangkan dunia, termasuk dipakai oleh badan usaha multinasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar