Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 15 November 2019

TAJUK RENCANA: Gencatan Senjata di Gaza (Kompas)


AFP/SAID KHATIB

Warga Palestina berkumpul di sekitar sisa-sisa sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Rabu (13/11/2019). Dua warga Palestina tewas saat terjadi serangan udara Israel dan serangan rudal ke Gaza hari ini. Dinas kesehatan wilayah itu mengatakan, korban tewas akibat serangan udara yang terjadi dalam dua hari terakhir terus bertambah.

Pemimpin senior Jihad Islami, Bahaa Abu-Al-Atta, bersama istrinya tewas dalam sebuah serangan udara Israel, Selasa (12/11/2019). Al-Atta diduga memerintahkan serangan roket yang melukai tentara dan warga Israel. Serangan balasan diluncurkan Israel, yang mengakibatkan orang meninggal dan luka-luka. Israel memperkirakan, gerilyawan Jihad Islam ini telah meluncurkan lebih dari 200 roket ke arah komunitas Israel (Kompas, 14/11/2019).

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan, pemerintahnya akan mengikuti kemauan pejuang Palestina di Gaza. "Jika mereka menghentikan serangan lintas batas negara, kami akan menjawabnya dengan ketenangan juga. Israel tidak akan ragu menyerang mereka yang mencoba merusak (negara kami), dari Jalur Gaza atau dari tempat lain," katanya.

Jumlah korban serangan Israel ke Gaza terus bertambah. Dilaporkan, enam anggota keluarga Abu Malhous, termasuk tiga anak-anak dan dua perempuan, juga ikut tewas akibat serangan Israel. Sampai dengan Kamis (14/11/2019) pagi, jumlah warga Jalur Gaza yang tewas lebih dari 30 orang, tetapi tak satu pun warga Israel yang tewas.

Saat pemakaman Al-Atta, pimpinan senior Jihad Islami, Khaled al-Batsh, menegaskan, Israel melakukan dua serangan ke Suriah dan Gaza. Di Suriah, anak pemimpin Jihad Islami Palestina yang lain, Akram al-Ajouri, dan dua orang lain, juga tewas terkena serangan Israel.

Selama pesawat tempur Israel mengebom Jalur Gaza, kami akan menanggapi agresi Israel dan membela rakyat Palestina.

Jihad Islami adalah kelompok militan kedua terkuat di Jalur Gaza setelah Hamas. Brigade Al-Quds adalah sayap militer Jihad Islami. Kedua organisasi militan ini dikenal dekat dengan Iran. Meski tak ikut diserang, Hamas menegaskan, tak akan membiarkan sekutunya sendirian. "Selama pesawat tempur Israel mengebom Jalur Gaza, kami akan menanggapi agresi Israel dan membela rakyat Palestina," demikian pernyataan bersama dari kelompok militan Gaza.

Setelah terbunuhnya Al-Atta, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Mesir mengupayakan gencatan senjata. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, Jihad Islami harus menghentikan serangan roket ke Israel jika ingin gencatan senjata. Padahal, Hamas dan Jihad Islami berniat meningkatkan serangan roket ke Israel.

Perjanjian itu menetapkan faksi-faksi Palestina harus memastikan ketenangan di Gaza dan "menjaga perdamaian" selama demonstrasi mingguan di Gaza. Biasanya demonstrasi digelar warga Palestina setiap Jumat untuk menuntut pembukaan blokade 12 tahun Jalur Gaza oleh Israel yang telah membuat ekonomi Gaza mati suri.

Tidak terbilang kali Israel dan kelompok perlawanan Palestina bersepakat untuk gencatan senjata. Dan, sebanyak itu pula gencatan senjata dilanggar dan kembali terjadi kekerasan. Kesepakatan gencatan senjata ini diprediksi tak berlangsung lama, selama tuntutan blokade oleh Israel belum dipenuhi.

Kompas, 15 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger