Sebuat riset pernah membuktikan bahwa penyebaran ujaran kebencian melalui Twitter di sebuah negara bagian di Amerika Serikat ternyata mirip dengan peta kasus kematian akibat penyakit jantung di negara bagian itu.
Dengan menggunakan mesin pencari Google, juga pernah terlihat penyebaran wabah flu burung beberapa tahun lalu ternyata mirip dengan peta pencarian dengan menggunakan kata terkait flu burung. Kini para ahli makin banyak meneliti keterkaitan fenomena di media sosial dan platform internet lainnya terkait dengan kemunculan wabah penyakit.
Terlalu dini untuk melihat penyebaran virus korona dengan menggunakan media sosial dan platform semisal Google Search atau Google Trends. Meski demikian, peta-peta pencarian informasi terkait dengan virus korona bisa memandu pemerintah untuk mendeteksi kepedulian warga terhadap penyakit akibat infeksi virus itu. Secara tren sudah memperlihatkan, pencarian dengan kata kunci "virus korona" meningkat sejak pertengahan Januari.
Orang di beberapa daerah juga mulai mencari informasi tentang kata itu dimulai dari Sumatera Utara dan Bali pada awal kenaikan tren pencarian informasi dengan kata kunci "virus korona". Tentu tak mudah menjelaskan mengapa di dua provinsi itu orang ingin mengetahui tentang virus korona saat awal tren kenaikan pencarian dengan kata kunci itu. Kalau toh ada analisis, sifatnya masih sangat spekulatif. Kini pencarian informasi dengan kata kunci "virus korona" sudah menyebar ke sejumlah provinsi.
Pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana data sekunder itu bisa digunakan untuk mendeteksi dan memantau penyakit?
Sejak beberapa tahun, peneliti telah menggunakan media sosial dan platform lain untuk mendeteksi dan mengetahui opini publik terkait dengan wabah penyakit semisal Use of Cocial Media to Monitor and Predict Outbreaks and Public Opinion on Health Topics oleh Alessio Signorini. Beberapa peneliti di China melakukan riset dan menghasilkan tulisan di sebuah jurnal berjudul Avian Influenza A (H7N9) and Related Internet Search Query Data in China.
Signori menyebutkan, ancaman bioterorisme, pandemi, dan kemunculan penyakit baru membutuhkan sistem surveilans yang akurat dan cepat. Sistem ini bermanfaat untuk mendeteksi dan membuat respons meski ternyata masih sering terlambat. Semakin lama lagi jika kita harus menunggu hasil-hasil pemeriksaan klinis.
Informasi pasien bisa didapat dari berbagai kanal yang selama ini ada, semisal pusat layanan kesehatan, petugas ambulans, dan petugas penjualan obat. Sekali lagi, data seperti ini lambat sekali terkumpul dan sulit diintegrasikan.
Signori kemudian melihat bahwa dengan adanya jaringan internet dan media sosial kita bisa mendapatkan informasi tentang kebiasaan sehari-hari, kondisi kesehatan, lokasi fisik, dan gaya hidup yang bisa diakses melalui laman internet dan media sosial.
Good Day, It's Payday!
Dari sinilah ia membangun metode untuk mengoleksi data, menyaring, dan menganalisis konten-konten di media sosial untuk membuat prediksi wabah penyakit. Ia juga menggunakan data lokasi pengguna media sosial untuk melacak perjalanan orang dan kemungkinan penyebaran penyakit.
Peneliti dari China mengatakan, penggunaan internet sebagai basis untuk surveilans telah meningkat sejak beberapa tahun terakhir. Meski demikian, mereka melihat masih jarang studi penggunaan platform pencarian dan media sosial untuk memantau tren wilayah dan waktu dari wabah flu burung di China.
Baca juga: Infeksi Korona Baru Melonjak 60 Persen Dalam Semalam
Mereka melakukan investigasi potensi penggunaan platform tersebut untuk mendeteksi dan memantau kasus flu burung tipe A H7N9 pada manusia. Dengan menggunakan data mingguan kasus flu burung yang terkonfirmasi pada tahun 2013-2017, Baidu Search Index (BSI), dan Weibo Posting Index (WPI), serta indeks pencarian dan unggahan di platform media sosial di China, mereka mengeksplorasi tren kasus flu burung.
Temuan mereka ternyata menunjukkan korelasi yang positif antara kasus flu burung yang terkonfirmasi dengan pencarian melalui BSI dan unggahan yang tercatat dalam WPI. Setelah melalui pengamatan dan pengukuran yang detail, mereka menyimpulkan kedua indikator, yaitu BSI dan WPI, bisa digunakan untuk membangun sistem peringatan dini kemungkinan munculnya wabah flu burung H7N9 pada masa depan.
Informasi ini sungguh berharga bagi mereka yang bergerak di ranah kesehatan dan ranah teknologi digital. Ternyata ada cara yang lebih sederhana dan cepat yang bisa digunakan untuk mendeteksi kemungkinan munculnya wabah.
Indonesia dengan pengguna media sosial dan internet cukup besar sepertinya perlu membangun sistem seperti ini. Informasi dari warga bisa lebih cepat dibandingkan informasi dari aparat.