Hampir semua industri terkena dampak wabah Covid-19. Pembatasan operasional membuat pendapatan perusahaan berkurang.
Dampaknya, perusahaan tidak bisa memberikan THR (tunjangan hari raya) atau mengurangi besaran THR yang diberikan.
Oleh karena itu, jangan sampai karena terlalu memaksakan diri untuk memenuhi kebutuhan hari raya, kita malah terjebak utang.
Tunjangan hari raya yang biasa diberikan menjelang Lebaran, tahun ini menghadapi kendala. Beberapa perusahaan swasta mencicil, bahkan ada yang mengajukan keringanan untuk menunda pembayaran THR kepada karyawannya.
Pegawai negeri tak luput dari dampak. Tahun ini, hanya pegawai dengan level eselon III ke bawah yang menerima THR. Untuk pegawai eselon III ke atas, sudah dipastikan tidak mendapatkan THR.
THR tertunda, dicicil, atau bahkan sama sekali tidak ada, tentu akan memengaruhi keadaan keuangan keluarga. Ini karena THR biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama masa hari raya yang tentu melonjak dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Namun, di sisi lain, sebenarnya ada juga pos pengeluaran hari raya yang dapat dihemat, seperti pos keperluan mudik yang tidak terpakai karena adanya larangan mudik oleh pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran wabah.
Lebaran tahun ini memang berbeda dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Wabah yang merebak sejak awal tahun mengubah segalanya. Termasuk dalam hal beribadah.
Masa puasa yang biasanya diwarnai kegiatan buka puasa bersama di berbagai tempat, kini ditiadakan dan harus dilalui dengan cara yang berbeda. Sisi positifnya, pengeluaran untuk kegiatan buka puasa bersama dapat dialihkan untuk memenuhi kebutuhan lain.
Ada berbagai cara untuk mengatasi situasi ini. Bagi keluarga yang sudah memiliki dana darurat, tentu dapat menggunakan sebagian dana darurat untuk memenuhi kebutuhan sepanjang hari raya tersebut.
Dana darurat yang sudah dikumpulkan jauh hari sebelumnya, salah satunya berguna untuk menopang pengeluaran ketika tidak ada pemasukan. Setelah terpakai, tentu saja dana darurat ini dapat diisi kembali.
Cara lainnya adalah berhemat. Pengeluaran yang dapat dihemat, antara lain anggaran untuk membeli baju baru atau makanan yang cukup banyak, mengingat kunjungan silaturahmi dari rumah ke rumah tampaknya tidak sebanyak tahun lalu atau bahkan tidak ada. Sebagai gantinya, silaturahmi dapat dilakukan melalui media komunikasi daring sehingga tidak perlu bertemu secara fisik.
Satu hal yang harus dihindari adalah berutang. Apalagi utang konsumsi yang membebani dengan bunga tinggi. Jika tidak terbayar, beban bunga akan semakin tinggi.
Padahal, kita pun belum tahu sampai kapan wabah dan dampaknya ini akan berlalu. Utang-utang konsumsi yang dipaksakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya sebaiknya harus benar-benar dihindari.
Kompas, 10 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar