Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Juni 2020

PANDEMI KORONA: Covid-19 Merusak Ginjal (ATIKA WALUJANI MOEDJIONO)


KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para pasien mendapat pelayanan di ruang Hemodialisa di RSUD Bogor, Kota Bogor, Kamis (23/4/2020). Tak hanya pasien ginjal yang terancam mengalami keparahan saat terkena Covid-19, pasien Covid-19 yang sebelumnya sehat juga bisa mengalami cedera ginjal akut akibat infeksi.

Penyakit jantung dan ginjal disebut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo sebagai penyakit penyerta yang paling meningkatkan risiko kematian penderita Covid-19. Angka kematian penderita penyakit ginjal jika terkena Covid-19 mencapai 80 persen.

Hal itu bisa dipahami mengingat sistem kekebalan tubuh penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis (cuci darah) cukup rendah, sehingga lebih sulit melawan infeksi. Sedangkan pada penerima transplantasi ginjal, kekebalan tubuhnya sengaja ditekan dengan obat imunosupresif agar tidak menolak ginjal baru.

Namun, Covid-19 tak hanya berbahaya bagi penderita gangguan ginjal, mereka yang sebelumnya sehat pun bisa mengalami cedera ginjal akut (acute kidney injury/AKI).

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Seorang pasien dirawat di RSUD Yohannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 3 Maret 2020  karena gagal ginjal. Saat ini RSUD Yohannes Kupang menjadi rumah sakit rujukan untuk menangani pasien Covid-19.

Laman kidney.org menyebutkan, laporan dari Wuhan semula menunjukkan, 3-9 persen penderita Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami AKI. Saat ini, angka kejadian meningkat menjadi 15 persen pada pasien di rumah sakit, bahkan lebih dari 20 persen pada pasien di unit perawatan intensif (ICU). Sebagian besar pasien memerlukan cuci darah.

Tak hanya pada orang lanjut usia, AKI juga bisa terjadi pada orang dewasa yang sehat saat terinfeksi Covid-19. Dengan perawatan tepat, termasuk cuci darah pada cedera ginjal yang parah, diharapkan fungsi ginjal dapat dipulihkan. Namun, umumnya fungsi ginjal berkurang meski pasien telah sembuh dari Covid-19.

Akibat peradangan

Daniel Batlle, guru besar Nefrologi dan Hipertensi, Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Chicago, Amerika Serikat, dan para peneliti dari berbagai negara yang tergabung dalam Kelompok Kerja Covid-19 dan ACE2 pada Kardiovaskular, Paru dan Ginjal melakukan kajian terhadap penelitian dari China dan AS terkait jaringan ginjal para pasien yang meninggal karena Covid-19.

Menurut kajian yang dimuat diJournal of the American Society of Nephrology, 4 Mei 2020, penyebab AKI pada pasien Covid-19 adalah kompleks dan menyangkut berbagai faktor. Salah satunya, serbuan virus korona pada ginjal. Penyebabnya, reseptor utama SARS-CoV-2 di permukaan sel adalah enzim ACE2 yang lebih banyak diekspresikan di ginjal dibanding pada paru. Replikasi virus dalam sel-sel ginjal dan kerusakan yang terjadi dapat menjelaskan proteinuria (adanya protein dalam urin) pada pasien Covid-19.

Faktor penyebab lain yang diperkirakan berkontribusi pada timbulnya AKI adalah cedera tubulus ginjal akibat syok septik (peradangan di seluruh tubuh), badai sitokin, hiperkoagulasi (peningkatan pembekuan darah), mikroangiopati (kelainan pembuluh kapiler) yang berinteraksi dengan faktor risiko AKI.

Hal sama mengemuka dalam opini Prof Claudio Ronco dan kolega dari Bagian Nefrologi, Dialisis dan Transplantasi Ginjal Rumah Sakit San Bortolo, Vicenza, Italia, di jurnal daring The Lancet Respiratory Medicine, 14 Mei 2020. Pengalaman di Eropa dan AS, AKI terjadi pada 20-40 persen pasien di ICU. Hal ini menjadi penanda keparahan infeksi dan risiko kematian lebih tinggi pada pasien Covid-19.

Karena itu, identifikasi cepat pada pasien Covid-19 yang berisiko AKI, langkah pencegahan, dan terapi agar AKI tidak menjadi lebih parah, menjadi sangat penting untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

Perlu perhatian

Di Indonesia, menurut Suhardjono, guru besar Ginjal dan Hipertensi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jumat (12/6/2020), kasus AKI juga terjadi pada pasien Covid-19. Mengenai besarannya, data masih dikumpulkan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia lewat program Indonesian Renal Registry.

Suhardjono memaparkan, infeksi virus korona menyebabkan gangguan sistem tubuh berupa peradangan di seluruh tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan tekanan darah dan kadar oksigen, serta peningkatan pembekuan darah sehingga menyumbat pembuluh darah. Pada gilirannya, hal itu bisa merusak organ-organ penting seperti jantung, ginjal, dan paru.

"Tidak hanya pada pasien Covid-19, semua infeksi berat bisa menyebabkan gangguan ginjal. Misalnya, infeksi sehabis operasi," kata Suhardjono.

KOMPAS/ADI SUCIPTO K

Orang berusia muda pun berisiko mengalami gangguan ginjal dan harus menjalani cuci darah karena kebiasaan dan pola makanan. Selain itu, infeksi berat juga bisa menyebabkan gangguan ginjal.

Penjelasan sama dikemukakan John Sperati, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang juga Wakil Direktur Klinik Gangguan Ginjal Johns Hopkins, di laman John Hopkins Medicine. Sistem organ seperti jantung, paru, hati, dan ginjal saling bergantung dan mendukung fungsi satu sama lain. Ketika salah satu organ rusak akibat SARS-CoV-2, maka yang lain juga akan terganggu.

Beberapa pasien Covid-19 parah menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal, meski sebelumnya tidak memiliki masalah ginjal. Laporan awal menyatakan, sekitar 30 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Wuhan dan New York mengalami cedera ginjal sedang atau berat. Laporan dari dokter di New York, persentasenya bisa lebih tinggi.

Banyak pasien yang pulih fungsi ginjalnya, bahkan pasien yang dirawat di ICU dan perlu dialisis.

"Kemungkinan sembuh pasien yang mengalami AKI akibat Covid-19 yang tidak perlu cuci darah lebih besar dibanding yang membutuhkan cuci darah. Meski demikian, banyak pasien yang pulih fungsi ginjalnya, bahkan pasien yang dirawat di ICU dan perlu dialisis. Namun, kebutuhan dialisis menjadi hal yang mengkhawatirkan pada pasien Covid-19," papar Sperati.

Mengingat meningkatnya angka kejadian cedera ginjal akut, para ahli mendorong penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan perhatian pada ginjal dan mendapatkan informasi yang tepat tentang fungsi dan struktur ginjal pada pasien Covid-19 yang mengalami AKI.

Hal ini sangat penting karena banyak dari pasien memerlukan cuci darah. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme AKI akan mendorong pengembangan terapi yang efektif di luar perawatan pendukung di ICU.

Kompas, 13 Juni 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger