Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 05 Oktober 2020

RESENSI BUKU: Curatography, Sejarah Pemikiran Seni Rupa (DJULI DJATIPRAMBUDI)


Sampul buku On Progress Curatography (2020)

Judul : On Progress Curatography: Dokumentasi Kuratorial Seni Rupa 1999-2019

Pengarang : Mikke Susanto

Penerbit : Dicti Art Laboratory dan Shira Media Yogyakarta

Tahun terbit : 2020

Jumlah halaman : xiv + 1198 halaman

ISBN : 978-623-7778-05-9

Buku tebal selalu menantang untuk dibaca. Cobalah tengok zaman sibernetik yang tengah mengharu-biru secara dominan dalam kehidupan kita hari ini. Sangking dominannya sampai tidak terasa menghegemoni apa yang kita lakukan.

Diam-diam kita secara berjamaah telah mengidap ketergantungan terhadap media sosial yang semakin atraktif dalam menghadirkan informasi, dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Biasanya tersaji dalam kalimat singkat, tidak bertele-tele, dan ditambah gambar berwarna yang tidak kalah provokatifnya. Tren ini mau tidak mau menghadirkan habitus membaca segala hal secara singkat. Tidak perlu mendalam dan berpanjang-panjang. Yang penting langsung nendang ke hulu kesadaran kognitif banyak orang.

Namun, Tren itu ditampik sedemikian signifikan oleh seorang kurator dan penulis buku seni rupa yang namanya berkibar di negeri ini. Kurator yang nekat itu, Mikke Susanto, namanya. Di tengah tren tersebut, dia justru menciptakan arus berlawanan, yaitu menerbitkan buku berukuran jumbo. Buku itu terbilang sangat tebal untuk ukuran buku seni rupa yang ditulis dalam bahasa Indonesia.

Buku itu terbilang sangat tebal untuk ukuran buku seni rupa yang ditulis dalam bahasa Indonesia.

Buku jumbo setebal 1198 halaman ditambah 14 halaman pendahuluan itu bertajuk On Progress Curatography: Dokumentasi Kuratorial Seni Rupa 1999-2019. Dari tajuk ini tergambar kuat sebuah buku yang berisi himpunan kerja kuratorial selama 20 tahun, yang dilakukannya dengan ketekunan tidak main-main. Saya berani menyebutnya demikian, karena sejak terbit buku Diksi Rupa (2003), saya meyakini Mikke akan terus menulis dan menerbitkan buku-buku penting seni rupa di kemudian hari.

Kini, buku Diksi Rupa edisi revisi ke-3 (2018) tampil makin memukau, karena buku ini memuat lebih dari 3.000 istilah seni rupa, termasuk gerakan seni rupa. Ini sebuah buku teramat penting, ketika dunia seni rupa kita masih berlepotan pengetahuan seputar; berbagai konsep seni rupa, istilah-istilah teknis seni rupa, bermacam kisah atau riwayat di balik peristiwa seni rupa, berbagai aliran dalam sejarah seni rupa, sejumlah tokoh seni rupa dan kontribusinya, dan sebagainya.

ISTAGRAM/BALAI KIRTI

Pameran Bung Karno: Budaya/Seni, untuk Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti di Istana Kepresidenan Bogor. Karikatur karya Doekoet Hendronoto, dipakai untuk sampul Majalah Spektra, th I no. 9, 15 September 1949. Majalah asli koleksi Mikke Susanto.

Ternyata, prediksi saya tidak meleset. Mikke makin nekat saja menulis buku seni rupa, sekalipun dibayang-bayangi pangsa pasar yang semakin mengawatirkan. Dari kenekatan itu, lahirlah buku-buku terbilang menarik dan penting. Sebut saja di antaranya;Bung Karno: Kolektor & Patron Seni Rupa Indonesia (2014), Menimbang Ruang Menata Rupa (2016), Jeihan: Maestro Ambang Nyata dan Maya(2017), dan Pelukis-pelukis Kesayangan Sukarno (2018).

Sejumlah buku yang ditulis oleh kurator dan sekaligus dosen ISI Yogyakarta ini terbukti selalu menempati posisi trending topic. Bukunya diburu karena terbilang membahas hal-ikhwal disiplin seni rupa dari persoalan dasar hingga persoalan kompleks.

Mikke sebagai kurator profesional memang tidak mau tanggung. Dunia kurasi yang ditekuninya lebih dari dua dasawarsa, dirintis dan dikembangkan secara konsisten. Untuk mendukung kerja kuratorialnya itu, dia nekat lagi untuk yang ke kali sekian, yaitu mendirikan Dicti Art Laboratory. Ini adalah lembaga yang kurang lebih bergerak dalam tata kelola pustaka dan arsip yang terkait langsung atau tidak langsung dengan dunia seni rupa.

Bukunya diburu karena terbilang membahas hal-ikhwal disiplin seni rupa dari persoalan dasar hingga persoalan kompleks.

Di sinilah kita akan dikejutkan sejumlah arsip langka, yang mungkin tidak banyak orang mengetahui dan memilikinya. Arsip-arsip yang terhimpun di antaranya berupa; ribuan foto langka yang menarasikan peristiwa seni rupa di negeri ini, ribuan katalog lama yang sulit ditemukan dan sudah ditransfer dalam bentuk soft-file, ribuan kliping koran dan majalah lama yang memuat narasi kesenirupaan dan kebudayaan yang juga makin sulit kita dapatkan, ribuan kitab penting dan sekaligus langka karena memang tidak banyak orang yang memilikinya, termasuk koleksi ratusan poster pameran seni rupa, perangko, dan sebagainya.

Intinya, apa yang dikerjakannya melalui Dicti Art Laboratory tersebut, menegaskan Mikke sebagai kurator yang bekerja berdasarkan dukungan data-data yang lengkap dan wawasan keilmuan seni rupa yang tidak bisa dibilang sederhana.

Bertolak dari fakta-fakta tersebut, akhirnya mudah dipahami latar belakang kelahiran bukuCuratopgraphy. Buku ini ditilik dari isinya berupa himpunan arsip peristiwa seni (art event) yang dikerjakan sejak 1999 hingga 2019. Disusun kronologis untuk mempermudah pembaca dalam melacak dimensi diakronik (time line) dan sinkroniknya (konteks sosial) ketika sebuah peristiwa seni tersebut digelar. Dari situ pula, teks kuratorial sebagai basis wacana dan pemaknaan peristiwa seni relatif mudah dipahami. Hal ini karena teks kuratorial secara umum terbingkai oleh wacana dan praktik seni mutakhir yang sedang berlangsung saat itu.

SEKRETARIAT PRESIDEN RI

Mikke Susanto, penulis resensi yang juga sebagai kurator tengah memberi informasi kepada Presiden Joko Widodo dan tamu lainnya tentang lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada saat pembukaan Pameran Koleksi Istana Presiden RI "17/71 Goresan Juang Kemerdekaan" (1 Agustus 2016 )

Melalui buku karya kurator yang sejak 2009 diperbantukan sebagai konsultan kuratorial Museum Istana Presiden Republik Indonesia, kita mendapatkan berjibun data untuk melacak sejarah pemikiran seni rupa, meskipun ruang lingkupnya terbatas dalam konteks kerja kuratorial versi Mikke Susanto. Mengingat salah satu aspek penulisan sejarah (historiografi) seni rupa akan mendapatkan data otentiknya justru ketika data-datanya didasarkan kerja kuratorial semacam yang dilakukan Mikke.

Mengingat pula, kerja kuratorial berisi kesaksian di balik kerja penciptaan seni yang dilakukan oleh para seniman yang dikurasi. Di sini, antara kurator dan seniman terjadi interaksi yang intensif untuk; mencatat, merekam, dan memahami motif-motif di balik karya yang diciptakan seniman. Hasilnya dipresentasikan ke ruang publik dengan strategi dan provokasi diskursif yang diciptakan kurator. Baca, misalnya pameran tunggal; Putu Sutawijaya (2004), Suraji (2007), Pupuk DP. (2008), Heri Dono (2009), dan puluhan pameran kelompok yang telah digelarnya.

Salah satu kerja kuratorial Mikke yang bisa terbilang fenomenal, ialah pameran 17/17: Goresan Juang Kemerdekaan (2016) di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (hlm. 1076-1088). Pameran ini dikerjakan bersama Rizki A. Zaelani. Menampilkan puluhan karya para maestro seni rupa Indonesia, yang selama ini tersimpan di Istana Presiden. Pameran ini seperti membuka kesadaran sejarah, betapa ironisnya bangsa ini belum memiliki kitab sejarah seni rupa yang representatif, sementara data visual berjibun di Istana Presiden.

Ibarat gading yang tak retak, buku yang teramat penting ini, sedikit ada catatan mengganggu; bagian indeks tidak diberi halaman dan diinformasikan di daftar isi.

Ibarat gading yang tak mengambil kembali, buku yang teramat penting, sedikit ada catatan mengganggu; bagian indeks tidak diberi halaman dan diinformasikan di daftar isi. Tetapi, hal yang mengganggu tersebut, sekali lagi, tidak mengurangi makna buku ini sebagai sumber data yang valid penelitian sejarah pemikiran seni rupa Indonesia, yang masih kosong-melompong.

(Djuli Djatiprambudi Pengajar dan peneliti seni rupa, Universitas Negeri Surabaya)

Kompas, 4 Oktober 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger