Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 02 November 2020

PANDEMI COVID-19: Waspadai Penularan dari Orang Tanpa Gejala (ATIKA WALUJANI MOEDJIONO)


KOMPAS/AGUS SUSANTO

Petugas dengan pakaian hazmat memimpin senam untuk pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) yang menjalani isolasi mandiri di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (28/9/2020). Hingga Senin (28/9/2020) siang, 30 pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala menempati ruangan isolasi yang berada di sisi timur stadion tersebut.

Delapan bulan sudah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Selama itu pula kegiatan sehari-hari menjadi terhambat. Sebagian besar warga bekerja dan belajar dari rumah. Keinginan berlibur, menghirup udara pantai atau pegunungan, bahkan sekadar berjalan-jalan di mal atau makan di restoran langganan terpaksa ditahan.

Saat kebosanan melanda, orang bisa menjadi kurang waspada. Ketika orang mulai berkegiatan atau kumpul-kumpul dengan teman dan kerabat, penerapan protokol kesehatan bisa jadi kendur. Merasa orang-orang yang kita temui tampak sehat, masker pun dilepas dalam interaksi jarak dekat.

Berbeda dengan infeksi korona sebelumnya, sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), pada Covid-19 ada orang-orang yang terinfeksi tanpa gejala (OTG). Pengukuran suhu tidak bisa mendeteksi OTG karena mereka tidak demam.

Meski tanpa gejala, OTG tetap bisa menularkan virus. Penderita Covid-19 yang bergejala pun bisa menularkan virus sebelum gejala muncul. Bahkan, masa sebelum timbul gejala merupakan waktu paling menular.

Seperti dikemukakan William A Haseltine, mantan Guru Besar Fakultas Kedokteran Harvard dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Harvard yang kemudian mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang bioteknologi dan farmasi, jumlah virus yang dikeluarkan dari hidung dan mulut mencapai puncak pada awal infeksi, dapat mencapai satu miliar partikel virus per mililiter. Jumlah itu akan berkurang seiring waktu.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) berolahraga saat menjalani isolasi mandiri di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). Hingga Selasa (22/9/2020) siang sudah sembilan pasien Covid-19 dengan status OTG menempati ruangan isolasi tersebut.

"Semakin lama orang sakit, konsentrasi virus makin turun. Oleh karena itu, orang tanpa gejala atau orang dalam tahap awal penyakit dan belum menyadari bahwa mereka terinfeksi adalah yang paling menular," katanya seperti dikutip Healthline.com, 22 September 2020.

Menurut Carlos del Rio, Ketua Departemen Kesehatan Global di Universitas Emory, AS, dalam briefing untuk Infectious Disease Society of America, sebagaimana dikutip Vox.com, 22 April 2020, orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 bisa menularkan virus 24- 48 jam sebelum timbul gejala.

Laporan Mingguan Kesakitan dan Kematian (MMWR) di laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), 10 April 2020, memaparkan, kasus pertama Covid-19 di Singapura terdeteksi pada 23 Januari 2020, dan pada 16 Maret, ada 243 kasus dikonfirmasi. Hasil investigasi mengidentifikasi tujuh kluster Covid-19. Penularan terjadi sebelum timbul gejala ataupun oleh orang tanpa gejala.

Sebagai contoh, kluster pertama diawali sepasang suami-istri yang baru pulang dari Wuhan, China, pergi ke gereja, 19 Januari 2020. Tiga hari setelah itu, si istri mengalami gejala Covid-19, disusul suaminya dua hari kemudian. Hal sama terjadi pada tiga orang lain yang masuk gereja setelah pasangan itu. Salah satunya duduk di bangku yang sama dengan suami-istri itu. Investigasi menunjukkan, tidak ada orang yang memperlihatkan gejala sakit pada hari itu.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Petugas menyapu ruang isolasi bagi OTG Covid-19 di Gedung Mal Pelayanan Publik Sidoarjo, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (11/6/2020).Gedung Mal Pelayanan Publik Sidoarjo kini dijadikan ruang isolasi untuk mempercepat penanganan pasien Covid-19.

Satu dari lima

Sebuah penelitian metaanalisis di PLOS Medicine, 22 September 2020, mendapatkan, sekitar 20 persen orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak menunjukkan gejala. Angka rata-rata itu diperoleh Diana Buitrago-Garcia dari Universitas Bern, Swiss, dan kolega setelah mengkaji 79 penelitian sepanjang Maret-Juni 2020. Meski demikian, orang-orang tersebut bisa menularkan virus.

Di New England Journal of Medicine, 13 April 2020, Desmond Sutton dan kolega dari Rumah sakit Irving Universitas Columbia, New York, AS, melaporkan melakukan tes reaksi rantai polimerasi (PCR) pada 215 perempuan yang akan melahirkan di rumah sakit tersebut dan Rumah Sakit Presbyterian Allen sepanjang 22 Maret-4 April. Hasilnya, ada empat perempuan positif SARS-CoV-2 mengalami demam atau gejala lain Covid-19. Di samping itu, 29 perempuan lain positif SARS-CoV-2 tetapi tanpa gejala, tiga di antaranya baru demam setelah melahirkan.

Pada anak-anak, demikian laman CDC, gejala bervariasi tergantung usia, umumnya lebih ringan dibandingkan orang dewasa. Penelitian di China, 94 persen anak-anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak menunjukkan gejala, atau mengalami gejala ringan sampai sedang. Hanya 5 persen yang sakit parah, dan kurang dari 1 persen kritis.

Di Jakarta, menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani, dalam bincang-bincang yang disiarkan secara daring, Senin (28/9/2020), dari Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB Jakarta, jumlah penderita Covid-19 tanpa gejala (asimptomatis) berkisar 45 persen. Sisanya, 40 persen dengan gejala sedang dan 15 persen menunjukkan gejala berat dan kritis.

Orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 sangat menular pada saat atau sebelum timbul gejala.

Hasil penelitian Xi He dari Universitas Kedokteran Guangzhou, China, dan para peneliti dari World Health Organization Collaborating Centre for Infectious Disease Epidemiology and Control, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hong Kong, yang dimuat di Nature Medicine, 15 April 2020, menunjukkan, orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 sangat menular pada saat atau sebelum timbul gejala.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Dari balkon kamar tempat perawatan, pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 mengikuti senam pagi bersama tenaga medis dan relawan di rumah singgah karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020).

Hal itu didapat dari pengamatan pola penyebaran virus (viral shedding) pada 94 pasien Covid-19 yang dikonfirmasi lewat tes laboratorium dan pemodelan profil penularan Covid-19 dari sampel lain, 77 pasang kasus penular-orang yang tertular. Jumlah virus tertinggi didapatkan pada usap tenggorokan saat timbul gejala. Diperkirakan 44 persen kasus tertular dari mereka yang terinfeksi, tetapi belum timbul gejala.

Orang dengan gejala ringan sama menularnya dengan orang dengan gejala parah. Bisa jadi batuknya tidak seheboh yang sakit parah, tetapi virus tetap menyebar saat orang berbicara, bersin, atau batuk.

Terkait penularan dari OTG ataupun orang yang belum menunjukkan gejala, CDC merekomendasikan, orang-orang yang berkontak dekat, yakni berinteraksi dalam jarak kurang dari 2 meter selama 15 menit atau lebih, dengan penderita Covid-19 untuk segera melakukan tes. Jika belum bisa tes, harus isolasi mandiri.

Kalapun hasil tes negatif, tidak berarti bebas virus. Karena itu, tetap harus isolasi mandiri selama 14 hari. Kalau terpaksa tetap bekerja, harus mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, sering membersihkan tangan, serta memantau jika ada gejala Covid-19.

Deteksi lewat batuk

Saat ini, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) sedang mengembangkan kecerdasan buatan untuk mendeteksi OTG lewat suara batuk.

Dalam laporan yang diunggah di IEEE Journal of Engineering in Medicine and Biology, 30 September 2020, Jordi Laguarta, Ferran Hueto, dan Brian Subirana mengatakan, model kecerdasan buatan yang mampu membedakan rekaman suara batuk dari OTG dengan suara batuk orang sehat. Perbedaan itu tidak dapat dirasakan lewat pendengaran manusia, tapi bisa ditangkap kecerdasan buatan.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pegawai Pemkot Surabaya menyiapkan paket bantuan untuk orang dalam pemantauan, orang tanpa gejala, pasien dalam pengawasan bersama keluarganya di Dapur Umum Covid-19 pada hari pertama bekerja setelah libur Idul Fitri di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (26/5/2020).

Para peneliti mengasah kepekaan model kecerdasan buatan tersebut dengan ribuan contoh batuk, termasuk dari penderita Covid-19. Ketika mereka memperdengarkan rekaman batuk baru, model kecerdasan buatan itu mampu mengidentifikasi 98,5 persen batuk dari orang positif Covid-19, dan 100 persen batuk dari orang tanpa gejala tetapi hasil tesnya positif Covid-19.

Baca juga: Tingkatkan Deteksi Terhadap Orang Tanpa Gejala

Menurut laman MIT News Office, 29 Oktober 2020, semula model itu dibuat untuk mendeteksi penderita Alzheimer. Saat pandemi melanda, peneliti memodifikasi model kecerdasan buatan untuk mendeteksi penderita Covid-19. Ternyata, model tersebut mampu menangkap pola empat penanda (biomarker) yang khas pada penderita Covid-19 terkait kekuatan pita suara, kondisi perasaan, kinerja paru dan pernapasan, serta pelemahan otot.

Tim peneliti kini berupaya menggabungkan model itu ke aplikasi yang ramah pengguna bekerja sama dengan sebuah perusahaan farmasi. Mereka juga bermitra dengan sejumlah rumah sakit di seluruh dunia untuk mendapatkan rekaman berbagai batuk untuk mengasah dan memperkuat akurasi model kecerdasan buatan itu.

Jika nantinya disetujui Otoritas Pengawas Obat dan makanan (FDA) AS dan diadopsi dalam skala besar, model itu berpotensi menjadi alat penapisan yang gratis, nyaman, dan non-invasif untuk mengidentifikasi pengidap SARS-CoV-2 tanpa gejala. Model itu praktis untuk penapisan pada anak sekolah, pengunjung pusat perbelanjaan, restoran, pengguna transportasi umum, dan juga pekerja kantor.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Petugas menyemprotkan disinfektan di kamar Green Hotel Kayuringin, Kecamatan Bekasi Selatan, Jawa Barat, yang dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19, Rabu (23/9/2020). Hotel bintang dua tersebut memiliki total 90 kamar yang keseluruhannya dapat digunakan sebagai tempat isolasi mandiri bagi pasien positif Covid-19 dengan kategori orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan.

Pengguna dapat membuka aplikasi dan memasukkan suara batuk ke telepon genggam untuk mendapatkan informasi apakah ada kemungkinan terinfeksi. Namun, mereka yang teridentifikasi tetap harus mengonfirmasi dengan tes laboratorium untuk mendapatkan kepastian.

Jalan masih panjang untuk bisa mendeteksi OTG menggunakan kecerdasan buatan. Sementara itu, bisa jadi orang-orang di sekitar kita membawa dan menularkan virus tanpa mereka sadari. Karena itu, mau tidak mau, kita harus ketat menerapkan protokol kesehatan.

Kompas, 2 November 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger