Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 05 Desember 2012

Target Kurikulum 2013 Dinilai Tidak Tegas

Target kompetensi siswa yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 tidak tegas. Kompetensi yang diinginkan masih bersifat abstrak sehingga menyulitkan guru untuk menerjemahkan dan mencapai target tersebut.

Henny Supolo Sitepu, pelatih guru dari sekitar 2.000 sekolah, mengatakan, naskah Kurikulum 2013 sangat indah dan menarik, tetapi abstrak. Pelaku di lapangan, mulai dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, sulit untuk menerjemahkan secara konkret target yang ingin dicapai dalam kurikulum baru ini.

"Kami menghargai kurikulum yang sudah dibuat Kemendikbud. Namun, kurikulum yang dibuat banyak memunculkan jargon yang abstrak, tidak jelas ukurannya. Sebagai contoh, murid diharapkan memiliki 'akhlak mulia', tidak jelas fokusnya," kata Henny dari Yayasan Cahaya Guru.

Lebih dikhawatirkan lagi, guru di sejumlah daerah dengan tingkat pendidikan dan pemahaman yang beragam menerjemahkan "akhlak mulia" dengan ukurannya sendiri-sendiri.

Kurikulum baru juga menargetkan ke depannya terbentuk insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

"Guru perlu tahu, indikatornya apa untuk mengukur target sudah tercapai atau belum?" kata Ijte Chodidjah, pelatih guru dan konsultan pendidikan.

Bandingkan Malaysia

Antonius Tanan, Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship, mengatakan, orangtua siswa memiliki harapan praktis, yakni melalui pendidikan, anak- anaknya kelak memiliki karakter baik dan bisa mandiri secara finansial.

"Perubahan kurikulum ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja ataupun berwirausaha," ujarnya.

Sanny Djohan, Direktur PT Kuark Internasional, penyelenggara Olimpiade Sains Kuark Tingkat SD, mempertanyakan, apakah perubahan kurikulum sudah mengakomodasi kebutuhan Indonesia jauh ke depan.

"Sebagai contoh, Indonesia merupakan negara agraris sekaligus negara kelautan. Apakah kurikulum kita sudah mengakomodasi agar kelak anak-anak punya minat dan bisa menjadi ahli global yang unggul di bidang pertanian dan kelautan?" kata Sanny.

Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung, mengatakan, pemerintah selalu mengatakan, sains merupakan kunci kemajuan bangsa di masa depan. Namun, kenyataannya, pendidikan IPA dihapus di tingkat SD.

"Kalaupun digabung dengan Bahasa Indonesia, pasti menimbulkan banyak masalah?" kata Iwan.

Mengambil contoh Malaysia, kompetensi siswa yang diinginkan untuk masa depan begitu mudah untuk dipahami.

Dalam Laporan Awal Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 yang diresmikan September 2012, kurikulum menyiapkan murid agar memiliki pengetahuan (bukan cuma menguasai materi, melainkan juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari); kemampuan memimpin (kewiarusahaan, berdaya tahan, dan kecerdasan emosi, dan keterampilan berkomunikasi). Siswa juga memiliki kemahiran berpikir (pemikiran kreatif dan inovatif, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan), serta siswa mahir dua bahasa (bahasa Malaysia dan Inggris, juga bahasa tambahan); serta memiliki identitas dan kebanggaan nasional.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, Kurikulum 2013 mengantisipasi perkembangan ke depan. Materi yang ada dalam kurikulum pemerintah pusat ini memang minimal.

"Tiap sekolah bebas mengembangkan sesuai kebutuhan," kata Musliar. (Kompas cetak, 5 Des 2012))
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger