Apabila kita baca berita di harian ini edisi hari Jumat, 27 September, tergambar jelas bagaimana penderitaan yang disandang warga Distrik Awaran, Baluchistan, Pakistan. Gempa yang menggoyang wilayah Baluchistan hari Selasa lalu dengan kekuatan 7,8 skala Richter tidak hanya menghancurkan bangunan, sejumlah fasilitas umum, dan infrastruktur, tetapi juga menewaskan sekurang-kurangnya 350 orang. Diperkirakan masih banyak warga yang tertimbun reruntuhan rumah mereka sendiri.
Akibat gempa, juga diberitakan paling sedikit 100.000 orang telantar. Mereka tidak memiliki rumah lagi karena hancur. Mereka menjadi pengungsi yang tidak segera mendapatkan bantuan makanan, minuman, dan obat-obatan yang sangat mereka butuhkan.
Membayangkan menjadi pengungsi, yang kehilangan anggota keluarganya, yang tidak memiliki rumah lagi, yang tanpa harta benda, bahkan baju pun hanya yang menempel di badan, yang belum jelas yang akan dilakukan pada esok hari, sungguh membuat kita harus mengurut data, ikut prihatin. Inilah, sesungguhnya, tragedi kemanusiaan.
Hal itu karena penderitaan mereka tidak berhenti setelah mereka memperoleh bantuan, baik makanan, minuman, obat-obatan, maupun pakaian. Namun, setelah semua itu diterima, penderitaan pasti belum lepas dari mereka. Para korban masih harus memikirkan masa depan mereka sebab bisa jadi tempat bekerja mereka sudah hilang atau rusak, bisa jadi sumber penghidupan mereka juga tidak ada lagi, sementara belum tentu Pemerintah Pakistan yang saat ini menghadapi beragam persoalan dan masalah akan bisa cepat memulihkan keadaan.
Pakistan, harus diakui, memang negeri yang nyaris tidak pernah sepi dari persoalan. Negeri ini terus-menerus dibelit krisis politik dan keamanan, juga rusaknya harmoni hubungan antarumat beragama. Kita belum lama ini mendengar dan membaca penyerangan sebuah gereja yang menewaskan puluhan orang. Ini bukan yang pertama kali terjadi. Sudah berulang kali.
Bencana ini benar-benar menjadi ujian bagi Pemerintah Pakistan, apakah mereka lebih peduli terhadap derita rakyatnya atau kepada kekuasaan. Apakah penderitaan rakyat di Baluchistan bisa meluluhkan pihak-pihak yang terus-menerus menebarkan penderitaan, mengobarkan permusuhan antaranak bangsa, yang memecah-belah negeri itu? Kita dari jauh berharap—selain ikut prihatin akan kondisi para pengungsi—bahwa Pemerintah Pakistan bisa cepat bertindak untuk menyelamatkan rakyatnya. Selain itu, masyarakat dunia pun tergerak hatinya untuk mengulurkan tangan membantu mereka yang menderita, yang juga barangkali gelap masa depannya.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002355427
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar