Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 04 November 2013

Pakistan dalam Posisi Serba Salah (Tajuk Rencana Kompas)

SEBAGAI negara yang menjadi tempat tinggal dari kelompok yang anti-Amerika Serikat, Pakistan sering berada dalam posisi yang serba salah.
Hari Jumat (1/11), pemimpin kelompok Taliban Pakistan, Hakimullah Mehsud, tewas dalam serangan pesawat nirawak (drone) Amerika Serikat di sebuah desa di dekat Miranshah, kota utama di kawasan suku-suku asli di Pakistan utara. Juru bicara kelompok Taliban Pakistan, Azam Tariq, Sabtu, membenarkan hal itu.

Aparat keamanan Pakistan langsung disiagakan di seluruh negeri. Langkah tersebut diambil menyusul ancaman balas dendam yang dilontarkan Tariq. Ia mengatakan, "Setiap tetes darah Hakimullah akan menjadi seorang pelaku aksi bom bunuh diri. Amerika dan teman-temannya tak seharusnya senang karena kami akan membalas dendam."

Drone AS menembakkan sejumlah rudal ke kompleks perumahan, tidak lama setelah pemimpin Taliban Pakistan itu tiba menggunakan mobil. Mehsud tewas dalam serangan rudal tersebut. Bersamanya, ada orang lain yang ikut tewas, yaitu paman, keponakan, dan pengawalnya.

Mehsud diyakini berada di balik serangan terhadap markas Badan Intelijen Pusat AS (CIA) di Afganistan; rencana peledakan bom yang gagal di Times Square, New York, AS; serta serangkaian serangan yang menewaskan ribuan warga sipil dan aparat Pakistan. Semua itu membuat Mehsud menjadi salah satu buronan utama AS dengan hadiah 5 juta dollar AS.

Tewasnya Mehsud menjadi pukulan berat bagi kelompok Taliban Perancis. Pemimpin yang berusia 30-an tahun itu dipilih tahun 2009, menggantikan Baitullah Mehsud yang juga tewas dalam serangan drone.

Bagi AS, tewasnya Mehsud diterima sebagai kabar yang menggembirakan. Dan, ancaman balas dendam dari kelompok Taliban Pakistan menjadi risiko yang telah diperhitungkan AS dengan matang. Namun, bagi Pakistan, keadaannya sangat berbeda. Di Islamabad, ibu kota Pakistan, Menteri Informasi Pervez Rashid menyebut serangan drone itu sebagai upaya AS merusak proses perdamaian antara Pemerintah Pakistan dan kelompok Taliban Pakistan.

Dari pernyataan Rashid itu, tampak jelas bahwa Pakistan mempunyai strategi sendiri dalam menangani, atau lebih tepat menjinakkan, kelompok Taliban Pakistan. Dan, penggunaan kekerasan kelihatannya tidak termasuk salah satu di antaranya. Akibat serangan drone AS itu, Pakistan tidak mempunyai pilihan lain, kecuali bersiap-siap menghadapi kemungkinan balas dendam dari kelompok tersebut.

Seharusnya, AS melibatkan pihak berwenang Pakistan sebelum melakukan serangan drone di wilayah Pakistan mengingat Pemerintah Pakistan-lah yang harus menanggung akibatnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002986761.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger