Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 28 November 2013

Tajuk Rencana: Bersiap Hadapi Pelambatan (Kompas)

BANK Indonesia dan pemerintah melambatkan pertumbuhan ekonomi 2014 untuk menjaga momentum pembangunan dari gejolak ekonomi global.
Pilihan tersebut berkaitan dengan faktor di dalam negeri dan situasi global. Faktor dalam negeri adalah defisit transaksi berjalan yang, antara lain, disebabkan defisit perdagangan. Apabila pertumbuhan ekonomi diutamakan, impor akan meningkat karena tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Dalam acara Forum CEO Kompas 100 bersama Bank BNI di Jakarta kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan, ekonomi Indonesia terus tumbuh di tengah gejolak dunia pada 2005, 2008-2009, dan 2012-2013. Daya saing ekonomi juga membaik, di posisi ke-38 dari 148 negara pada 2012.

Pada saat sama, ada masalah yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Defisit transaksi berjalan menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Pelambatan pertumbuhan ekonomi membuat angka pengangguran naik. Dari sisi eksternal, ada rencana pengurangan insentif moneter oleh bank sentral Amerika Serikat.

Wakil Presiden Boediono sebelumnya juga mengingatkan untuk bersiap menghadapi situasi moneter ketat. Aliran dana dari pasar uang global tidak akan lagi sederas empat tahun terakhir jika ekonomi AS membaik. Dengan kata lain, Indonesia akan kembali pada situasi normal.

Sejumlah langkah dilakukan BI, antara lain menaikkan suku bunga acuan dan membuat rupiah mengikuti gerakan pasar. Bukan kebijakan menyenangkan bagi masyarakat karena kenaikan suku bunga acuan BI ikut memengaruhi suku bunga kredit. Di sisi lain, kebijakan kenaikan suku bunga kredit diharapkan akan mengerem impor.

Dari sisi pemerintah, Agustus lalu diumumkan empat langkah menurunkan defisit transaksi berjalan: mengurangi impor BBM dengan mewajibkan penggunaan 10 persen biodiesel dari sumber minyak nabati dalam negeri, menaikkan pajak barang mewah, memberikan fasilitas pajak untuk perusahaan yang tidak memberhentikan pekerja, dan memberikan fasilitas pajak untuk eksportir.

Kebijakan jangka menengah dan panjang juga disiapkan, yaitu mendorong industri substitusi impor dan industri antara, mendorong energi alternatif dan energi terbarukan, serta membangun modal manusia berupa insentif untuk pelatihan dan riset-pengembangan.

Intinya, semua sepakat Indonesia harus bertransformasi dari ketergantungan pada ekspor komoditas primer dan aliran global "uang mudah" menuju ekonomi berbasis industri bermuatan teknologi dan inovasi.

Hasilnya tidak segera tampak, tetapi langkah awal harus dilakukan dari sekarang. Tahun 2014 akan ada pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Diharapkan siapa pun yang kelak memimpin Indonesia menyadari pentingnya proses transformasi tersebut agar kita melompat menjadi negara maju berpenghasilan tinggi. Syaratnya, strategi yang konsisten serta stabilitas politik dan keamanan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003395438
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger