Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 24 Desember 2013

Natal 2013 di Ujung 2014 (Kompas)

TEMA kepemimpinan nasional, terungkapnya korupsi kelas kakap, dan dukungan publik pada KPK adalah tiga topik aktual, hic et nunc, di sini dan saat ini.

Merayakan hari besar keagamaan, termasuk Natal 2013, merupakan kesempatan mundur atas kondisi hic et nunc kita. Jungkir balik "jual diri" calon presiden dan calon legislator, penahanan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, arus balik pemberatan pada koruptor Djoko Susilo dan Angelina Sondakh—sekadar menyebut contoh—menorehkan seriusnya upaya pemberantasan korupsi.

Ketika perekonomian makro Indonesia diakui baik, di saat yang sama persentase jumlah warga negara miskin tetap tinggi, dunia usaha pusing atas unjuk rasa "yang murni maupun digerakkan kepentingan politik", dan terus melemahnya nilai tukar rupiah, merupakan permasalahan konkret yang dihadapi perekonomian nasional.

Sementara kelompok masyarakat miskin yang terancam kelaparan akut dan buruknya kesehatan terus bergulat antara rasa syukur atas hidup kemarin dan rasa cemas di hari ini dan esok. Merekalah penghuni sebagian besar penduduk negeri ini, yang sebagian kecil warganya masuk dalam daftar orang terkaya dunia, yang sebagian politisinya patgulipat merebut dan mempertahankan kekuasaan dan bukan kepentingan bersama.

Ibu Pertiwi merintih, tidak lagi senandung sendu, tetapi kenyataan. Kita terkaget-kaget oleh kejadian tidak terduga. Bagi kelompok kelas menengah—artinya yang kritis dan cerdas-cerah, terbebas dari kepentingan kelompok tertentu—kondisi "merintih" tidak boleh diterus-teruskan. Ibu Pertiwi harus dibuat tersenyum dan tertawa.

Mengakui keberhasilan pemerintahan di satu sisi, dan terlibat langsung dan tidak langsung dalam upaya perbaikan di sisi lain, muara keinginan melakukan perubahan secara konstitusional, gradual dan rasional. Mengamankan perundangan, sistem dan praksis pemilu legislatif dan pilpres—arahannya: konsisten dengan cita-cita pendiri NKRI, mengembangkan negara sebagai rumah bersama.

Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Tahun 2013 mengambil tema keprihatinan dan harapan. Tindakan tegas dan tidak pandang bulu diapresiasi, tetapi praktik korupsi semakin menggurita dengan jumlah angka yang besar merupakan kondisi menggembirakan sekaligus mencemaskan.

Menurut PGI-KWI, integritas pemimpin bangsa melemah. Integritas moral pemimpin bangsa ini terus merosot, menyangkut disiplin, kinerja, komitmen, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat yang digerus kepentingan politik kekuasaan.

Datanglah Ya, Raja Damai, tema yang aktual hic et nunc Ibu Pertiwi yang merintih! Langkah konkret atas upaya atret kita adalah: kita dukung dan apresiasi pribadi, kelompok dan lembaga yang berkomitmen pada kepentingan banyak orang.

Selamat Natal 2013!
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003812440
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger