Selasa (24/12) dini hari lalu, ledakan dahsyat, yang diduga bom mobil bunuh diri, meluluhlantakkan gedung kompleks kepolisian di kota Mansoura, Provinsi Daqahlia, sekitar 125 kilometer di utara Kairo. Sedikitnya 15 orang tewas, termasuk 9 polisi, dan lebih dari 100 orang luka-luka akibat ledakan bom itu.
Kelompok yang menamakan diri Ansar al-Beit al-Moqaddas, Rabu, mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom itu. Kelompok itu juga menyatakan bertanggung jawab atas upaya pembunuhan yang gagal terhadap Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim, September lalu. Namun, pemerintah sementara Mesir belum mengetahui identitas dan jaringan kelompok itu.
Sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi, 3 Juli lalu, serangan terhadap sasaran militer dan polisi terus terjadi di seluruh penjuru Mesir, terutama di Semenanjung Sinai. Ada kekhawatiran jika konflik politik ini tidak segera ditangani dengan benar, aksi kekerasan itu akan bereskalasi di negeri piramida itu.
Ledakan bom mobil terjadi saat pemerintah sementara dan para pendukungnya sedang gencar berkampanye agar rakyat berpartisipasi dalam referendum atas konstitusi baru yang akan diselenggarakan 14-15 Januari mendatang. Kubu oposisi menyerukan agar rakyat memboikot referendum, atau memberikan suara tidak setuju terhadap konstitusi baru.
Tidak jelas ke mana kelompok Ansar al-Beit al-Moqaddas yang meledakkan bom mobil di Mansoura berafiliasi.
Perdana Menteri Mesir Hazem el-Beblawi dalam jumpa persnya, Selasa malam, mendeklarasikan kelompok Ikhwanul Muslimin, yang saat ini merupakan kelompok oposisi terbesar di Mesir, sebagai kelompok teroris. Ia menyebutkan, yang terjadi di Mansoura sangat berbahaya, dan berjanji akan terus memerangi teroris.
Sikap keras juga ditunjukkan oleh Kantor Kepresidenan Mesir, yang berjanji akan bertindak tegas untuk menghadapi kekuatan pengacau di dalam negeri, ataupun pihak asing yang membantunya.
Sebaliknya, kelompok Ikhwanul Muslimin mengecam keras ledakan bom mobil di Mansoura itu dan menyebutkan, hal itu merupakan serangan terhadap persatuan dan kesatuan rakyat Mesir.
Pemerintah sementara Mesir yang didukung militer itu tidak mempunyai pilihan lain, kecuali bekerja sama dengan segenap lapisan masyarakat, terutama aparat keamanan, guna menghadapi kemungkinan bereskalasinya aksi teroris di masa mendatang. Walaupun sulit, hal itu perlu diupayakan sekuat tenaga, jika tidak ingin Mesir menjadi seperti Irak dan Lebanon.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003855200
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar