Pesan tersebut aktual karena dewasa ini kekerasan masih berkecamuk di Suriah, juga di beberapa negara Afrika, sementara perundingan masih terus berlangsung antara Israel dan Palestina.
Terhadap negara-negara yang masih dilanda konflik, dalam pesan "Urbi et Orbi" (Kepada Kota dan Dunia) Paus menyerukan dialog. Misalnya kepada pihak-pihak yang bertikai di Sudan Selatan.
Menarik pula untuk kita catat pandangan Paus, bahwa "perdamaian bukanlah keseimbangan kekuatan (antara) pihak yang berlawanan. (Hal ini menurut Paus menyembunyikan konflik dan perpecahan.) Perdamaian mensyaratkan komitmen harian."
Sebelum menjadi komitmen—dan praksis—harian, kita bisa melihat operasionalisasi pandangan Paus di atas pada momen-momen khusus hari raya. Saat umat Kristiani di Indonesia merayakan Natal tahun ini dengan melaksanakan ibadah di gereja dan berkumpul bersama keluarga, sebagian umat beragama lain di beberapa daerah turut membantu keamanan di gereja, juga saling mengunjungi.
Berlangsungnya perayaan Natal secara damai dan tenteram, tidak dilaporkan adanya ancaman atau teror apa pun, amat melegakan kita. Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Benny Susetyo menyatakan, "Semakin tumbuh kesadaran, Natal menjadi perayaan bersama bangsa Indonesia. Sebagaimana hari libur keagamaan lain, hari libur Natal yang bersamaan dengan liburan akhir tahun menjadi momentum untuk memperkuat kebersamaan."
Benny menambahkan, "Semakin tumbuh kesadaran bahwa kita sebangsa dan setanah air."
Sementara Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat, menyebutkan, keikutsertaan umat beragama lain dalam merayakan budaya hari raya keagamaan satu agama kian menumbuhkan ingatan bawah sadar bagi masyarakat bahwa ada sejumlah agama di Indonesia yang memiliki hari-hari besar istimewa yang dirayakan.
Kita garis bawahi baik pandangan Paus dalam skala global maupun apa yang disampaikan, dan dilaksanakan, oleh para tokoh nasional di atas. Jika kita sudah dapat menyelenggarakan ibadah hari raya setiap agama di Tanah Air dengan lancar dan damai, tradisi ini juga ingin kita jadikan praksis harian sebagaimana diamanatkan Paus Fransiskus.
Tujuan akhirnya adalah hidup bersama dengan saling menghargai kepercayaan masing-masing saudara sebangsa dan setanah air. Itulah wujud toleransi.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003855090
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar