Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 02 Desember 2013

TAJUK RENCANA Mengawal Nilai Tukar Rupiah (Kompas)

RUPIAH kembali di bawah tekanan, untuk pertama kalinya menembus level Rp 12.000 per dollar AS dalam empat tahun terakhir, pada pekan ini.
Selain faktor fundamental suplai-permintaan, pelemahan rupiah juga akibat faktor eksternal, sentimen negatif pasar terkait defisit neraca transaksi berjalan dan aksi spekulan. Meski BI mencoba meredam kekhawatiran terkait rupiah, tren pelemahan terus-menerus sejak Juni ini mencemaskan karena pasar tidak mendapat gambaran sampai batas mana BI sebagai otoritas moneter dan pemerintah akan membiarkan rupiah terus terpuruk.

Pernyataan pemerintah dan BI yang menyebutkan rupiah tengah dalam proses menuju ekuilibrium baru tak menolong karena mengesankan membiarkan pelemahan tak terkontrol sehingga memunculkan ketidakpastian bagi semua pihak, termasuk investor dan pelaku usaha. Kondisi ini selanjutnya memicu kian agresifnya perburuan dollar dan spekulasi. Dalam beberapa kesempatan terlihat BI absen dari pasar ketika tekanan terhadap rupiah tinggi.

Desakan BI lebih proaktif menenangkan pasar muncul, karena terus melemahnya rupiah memukul pelaku usaha dalam negeri. Meski melemahnya rupiah membuat produk ekspor Indonesia lebih kompetitif, ketergantungan terhadap bahan baku impor yang sangat tinggi—sekitar 80 persen—membuat manufaktur terpukul. Terutama industri makanan dan minuman, tekstil dan alas kaki, yang padat karya dan menyerap banyak tenaga kerja.

Dampaknya bisa ke PHK buruh. Kita juga masih impor berbagai kebutuhan termasuk minyak/BBM, pangan, dan barang konsumsi. Melemahnya rupiah kian memperberat neraca pembayaran/transaksi berjalan yang defisit masif.

Dari sisi fundamental, melemahnya rupiah terutama akibat meningkatnya kebutuhan akan dollar untuk membayar utang dan repatriasi keuntungan perusahaan asing di Indonesia. Data pemerintah, utang luar negeri swasta dan pemerintah yang jatuh tempo akhir tahun 21 miliar dollar AS. Sejumlah pihak bahkan menyebut 31 miliar dollar AS.

Dari sisi eksternal dan internal, tekanan untuk terus melemahnya rupiah masih berlanjut. Indikator ekonomi AS yang terus membaik membuat dollar menguat terhadap mata uang lain. Fed yang bersidang 16-17 Desember terbuka kemungkinan memutuskan mempercepat kebijakan pengurangan stimulus moneter, terutama dengan membaiknya ekonomi negara itu. Kondisi ini bisa memicu lebih jauh pelarian modal dari Indonesia. Di dalam negeri, pemicunya antara lain pelambatan pertumbuhan 2014 dan defisit neraca transaksi berjalan yang masih besar.

Terus tertekannya rupiah menunjukkan langkah yang ditempuh sejauh ini tak memadai membendung pelemahan rupiah. Perlu langkah lebih proaktif, tanpa harus menunjukkan kepanikan berlebihan. Pasar harus diyakinkan BI terus mengawal dan tak membiarkan pelemahan rupiah berlarut-larut. Sejumlah mekanisme perlu diintroduksi untuk jamin pasokan dollar, benahi fundamental ekonomi, dibarengi langkah tegas terhadap spekulan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003425819
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger