Setelah Iran menandatangani kesepakatan sementara mengenai program nuklir dengan P5+1 (AS, China, Perancis, Inggris, Rusia, dan Jerman) di Geneva beberapa hari lalu, muncul sejumlah reaksi. Menurut kesepakatan itu, Iran bersedia membekukan program nuklirnya sebagian dalam tempo enam bulan sampai akhirnya ditandatangani kesepakatan final. Sebagai gantinya, sanksi ekonomi atas Iran akan dicabut sebagian.
Namun, kesepakatan itu tidak memuaskan negara-negara di kawasan, Timur Tengah dan Teluk. Mereka—Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan juga Israel—tidak puas terhadap kesepakatan itu. Israel bahkan menyebut kesepakatan itu sebagai "kesalahan sejarah" karena tidak mematikan secara penuh kemampuan Iran melanjutkan program nuklirnya.
Bukan hanya negara-negara tetangga yang tidak puas terhadap kesepakatan sementara itu, bahkan Kongres AS pun demikian. Di dalam negeri Iran juga ada suara dan sikap ketidaksetujuan terhadap langkah Presiden Hassan Rouhani tersebut. Selama beberapa dekade, kaum garis keras—para ulama dan Garda Republik—menguasai tuas kekuasaan, yakni intelijen dan militer, lembaga peradilan, media milik negara, dan mimbar-mimbar di masjid.
Namun, kemunculan Rouhani sebagai presiden baru akan membuat Iran berwajah lain: tak lagi bersikap sangat bermusuhan dengan Barat, tetapi juga mau bersahabat, meskipun hal itu tidak mudah dilakukan. Sikap senada pun akan ditunjukkan kepada negara-negara di kawasan.
Gaya, bahkan tidak hanya gaya tetapi kebijakan, Rouhani berbeda dengan pendahulunya, Ahmadinejad. Ia lebih mau membuka diri kepada Barat, seperti janji kampanyenya yang didukung kaum muda, yang juga mendukung kesepakatan sementara soal nuklir. Tentu apa yang dilakukan Rouhani bukan tanpa sepengetahuan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Tidak mungkin Rouhani jalan sendiri tanpa restu Ali Khamanei, meski tentangan di dalam pasti akan banyak.
Kini, langkah-langkah diplomasi yang dilakukan para pejabat dan diplomat Iran menjadi langkah penting untuk meyakinkan negara tetangga bahwa Iran bukan ancaman bagi mereka. Hal itu sangat penting karena sampai sekarang ini, sekurang-kurangnya masih terbaca persaingan untuk memperebutkan pengaruh di kawasan antara Iran dan Arab Saudi.
Kalau langkah diplomasi ini berhasil, Iran tinggal menghadapi Israel. Sementara di dalam negeri Iran, dengan restu Ali Khamenei, serta kelompok kaya dan penguasa yang menginginkan pertumbuhan ekonomi, Rouhani akan bisa membawa Iran ke babak baru.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003483994
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar