Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 05 Februari 2014

Suriah, Al Qaeda, dan ISIL

Utusnya kongsi antara Al Qaeda dan ISIL menjadi berita terakhir dan menarik di tengah terus bergelegaknya perang saudara di Suriah.
Dalam sebuah pesan yang disiarkan lewat website-nya pada Senin, pemimpin tertinggi Al Qaeda Ayman al-Zawahiri menyatakan, ISIL (Negara Islam Irak dan Levant; Levant merujuk pada wilayah yang meliputi Siprus, Lebanon, Suriah, Palestina, Jordania, dan sebagian Turki selatan) "Bukanlah cabang kelompok Al Qaeda." Disebutkan pula, "...(Al Qaeda) tidak memiliki hubungan horizontal dengan ISIL dan tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka."

Putusnya hubungan antara Al Qaeda dan ISIL bermula dari keluarnya perintah Ayman al-Zawahiri, April tahun lalu. Pemimpin tertinggi Al Qaeda ini memerintahkan agar ISIL bergabung saja dengan Jabhat al-Nusra, kelompok Al Qaeda di Irak, dan meninggalkan Suriah. Urusan Suriah akan ditangani Jabhat al-Nusra.

Meski ISIL selama ini mengikuti ideologi garis keras Al Qaeda, Pemimpin ISIL menolak perintah tersebut. Diperkirakan, ketidakpatuhan ISIL itu, selain urusan perebutan wilayah operasi, juga berlatar belakang ekonomi. Selama ini ISIL hidup mandiri dan memperoleh pemasukan keuangan, antara lain, dari ladang-ladang minyak di wilayah Irak dan Suriah bagian utara serta memungut bayaran bagi para pelintas batas (Irak-Suriah). Karena itu, putusnya hubungan dengan Al Qaeda tidak menjadi soal bagi ISIL yang memang tidak bergantung pada Al Qaeda.

Sebenarnyalah, ini merupakan cerminan pertarungan di antara kelompok-kelompok oposisi terhadap rezim Damaskus pimpinan Bashar al-Assad. Di antara kelompok perlawanan itu, sejak beberapa bulan terakhir kerap kali terlibat bentrokan karena masalah otoritas dan wilayah. ISIL tidak hanya bentrok dengan kelompok-kelompok sekuler, tetapi juga dengan kelompok-kelompok Islamis.

Bentrok senjata di antara kelompok-kelompok perlawanan ini, menurut Syrian Observatory for Human Rights, telah menewaskan paling sedikit 2.300 orang. Itulah sebabnya di mata Al Qaeda pusat, perjuangan untuk menyingkirkan Bashar al-Assad belum juga berhasil karena di antara mereka tidak bersatu dan berkonflik.

Terlepas dari semua itu, begitu banyaknya kelompok perlawanan, termasuk Al Qaeda dan juga kelompok bersenjata dari luar Suriah, serta banyaknya tangan asing yang "masuk" ke Suriah, membuat krisis dan perang saudara di negeri itu tidak selesai-selesai. Usaha untuk mencari solusi damai, seperti di Geneva, pun boleh dikata tidak menghasilkan buah. Sebab, setiap kelompok berkukuh pada sikap dan pendirian mereka. Mana mungkin akan ada damai jika tidak ada kompromi.

Ujungnya, rakyatlah yang menjadi korban. Sudah lebih dari 136.000 orang tewas dan akan terus bertambah.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004565684
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger