Manila menilai penyerahan soal tumpang tindih klaim wilayah kepulauan di Laut Tiongkok Selatan kepada Mahkamah Arbitrase Permanen di Den Haag itu merupakan cara penyelesaian terbaik.
Filipina mengklaim Beting Second Thomas, gugus Kepulauan Spratly di Laut Tiongkok Selatan, yang lokasinya sekitar 200 kilometer dari Pulau Luzon, Filipina, sebagai wilayahnya. Gugus kepulauan yang sama diklaim oleh Tiongkok. Padahal, Beting Second Thomas jauhnya 1.100 kilometer dari daratan Tiongkok yang terdekat.
Berbeda dengan Filipina yang mendasari klaim wilayahnya pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut Tahun 1982, Tiongkok mengklaim gugus kepulauan itu berdasarkan pendekatan kesejarahan. Suatu pendekatan yang tidak dikenal di dunia internasional. Tiongkok menyebutkan, perairan Laut Tiongkok Selatan sudah menjadi bagian dari Tiongkok sejak zaman purba.
Beijing menginginkan tumpang tindih klaim wilayah itu diselesaikan secara bilateral dengan Manila. Namun, Manila menilai penyelesaian secara bilateral tidak akan dapat menyelesaikan tumpang tindih klaim wilayah itu, terutama karena berbedanya pendekatan yang digunakan.
Apalagi, kapal-kapal penjaga pantai Tiongkok berulang kali menghadang kapal-kapal sipil yang membawa suplai logistik bagi satuan marinir Filipina yang bertugas di gugus kepulauan itu. Beberapa kali Filipina terpaksa menjatuhkan suplai logistiknya melalui udara.
Pada Minggu (30/3), Manila mengirimkan dokumen tentang klaim wilayah Filipina di perairan Laut Tiongkok Selatan ke Mahkamah Arbitrase dan berharap agar lembaga itu memutuskan gugus kepulauan tersebut milik siapa. Langkah yang diambil Manila itu membuat Beijing berang. Namun, Manila mengatakan telah bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Pada hari yang sama, dua kapal penjaga pantai Tiongkok menghadang kapal sipil Filipina yang membawa suplai logistik menuju Beting Second Thomas. Namun, kapal sipil Filipina itu akhirnya lolos dari aksi penghadangan tersebut dan tiba di Beting Second Thomas dengan selamat.
Kita berharap baik Filipina maupun Tiongkok bisa menahan diri dan tidak membuat ketegangan di antara kedua negara bereskalasi menjadi bentrokan terbuka.
Kini, Filipina tinggal menunggu apa keputusan yang keluar. Oleh karena Filipina yang mengajukan, Filipina harus menerima apa pun keputusan itu, termasuk jika keputusan itu merugikan dirinya. Sementara Tiongkok bisa saja menolak keputusan Mahkamah Arbitrase, kecuali tentunya jika keputusan itu menguntungkannya.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005851083
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar