Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 16 April 2014

TAJUK RENCANA: Membaca Langkah Arab Saudi (Kompas)

MENGAPA  Arab Saudi memba- ngun kekuatan militernya secara besar-besaran, bahkan belanja militernya melampaui Inggris, Jepang, dan Perancis?
Pertanyaan itu yang pertama muncul setelah membaca berita di harian ini, kemarin. Dalam berita diungkapkan bahwa belanja militer Arab Saudi kini di peringkat keempat terbesar di dunia setelah AS, RRT, dan Rusia. Berita yang mengutip laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) itu menyebutkan, anggaran militer Arab Saudi diperkirakan sebesar 67 miliar dollar AS atau sekitar Rp 766,9 triliun!

Seandainya Arab Saudi digolongkan sebagai negara yang agresif, tentu tidak mengherankan kalau mereka membangun kekuatan militernya secara besar-besaran. Namun, Arab Saudi bukanlah negara yang bisa digolongkan dalam kelompok negara agresif. Karena itu, wajar kalau muncul pertanyaan terkait dengan peningkatan anggaran militer Arab Saudi itu.

Apa kira-kira yang mendorong Arab Saudi mengalokasikan anggaran belanja yang demikian banyak untuk membeli mesin perang? Ada beberapa alasan yang mendorong Arab Saudi mengambil kebijakan itu.

Pertama, perubahan peta kekuatan dan politik di kawasan Timur Tengah setelah "Arab Spring" yang telah menumbangkan para pemimpin otoritarian dan diktator di kawasan itu: Tunisia, Libya, Mesir, dan Yaman. Munculnya kekuatan politik dan rezim baru di negara-negara tersebut telah pula memengaruhi kebijakan Arab Saudi di banyak bidang, baik dalam maupun luar negeri dan pertahanan.

Kedua, meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran—juga didorong oleh persaingan mereka dalam krisis di Suriah: Iran mendukung rezim yang berkuasa di Suriah, sedangkan Arab Saudi mendukung kelompok oposisi—telah pula memaksa Arab Saudi untuk memperkuat diri.

Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran mencerminkan pertarungan kekuasaan regional yang lebih luas di kawasan yang berfokus keamanan internal, kekuasaan regional, dan ancaman asimetrik lebih dari kekuatan nuklir. Ini merupakan persaingan antara Iran dan Arab Saudi (negara-negara Arab Teluk) yang memengaruhi kepentingan vital serta kelangsungan hidup setiap rezim.

Pertarungan kekuatan antara Arab Saudi dan Iran itu kini bertambah kompleks dengan adanya perubahan kebijakan AS di Timur Tengah yang kembali menoleh kepada Iran. Kebijakan AS itu telah menumbuhkan keragu-raguan AS dan negara-negara Teluk Arab akan aliansi mereka dengan AS meski keragu-raguan itu berusaha dihapuskan oleh Presiden AS Barack Obama yang beberapa waktu lalu mengunjungi Arab Saudi.

Dalam konteks inilah kita melihat alasan mengapa Arab Saudi memperkuat diri dan bahkan menjalin kerja sama dengan Israel yang sama-sama bermusuhan dengan Iran.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006097846
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger