Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 15 April 2014

TAJUK RENCANA: UN SMTA 2014 Tanpa Target (Kompas)

SEJAUH bisa dipantau, hari pertama ujian nasional sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan (SMTA) relatif berjalan lancar.
Wacana sebelum UN tidak juga segaduh sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang UN, tingkat SD yang tahun ini dihapus, SMP dan SMTA senantiasa diwarnai pro dan kontra. UN memberatkan mental siswa, guru, dan orangtua. UN tidak membangun motivasi, tetapi justru membuat takut.

Entah perhatian disibukkan dengan rencana pemberlakuan Kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/2015, entah UN mulai diterima sebagai keniscayaan, wacana UN menyurut. Pernyataan Mendikbud Mohammad Nuh bahwa tak ada lagi target kelulusan rupanya menyingkirkan argumentasi yang tidak setuju UN. UN tanpa target diharapkan memperkecil upaya praksis pendidikan sebagai drilling sejumlah mata pelajaran UN.

Sejumlah syarat pedagogis terpenuhi atau memperoleh titik temu. Pertama, praksis pendidikan harus dievaluasi. Kedua, sepanjang belum dicapai kesamaan standar infrastruktur dan sarana memadai, UN belum bisa dipakai sebagai peta kualitas praksis pendidikan. Ketiga, UN bisa dipakai sebagai sarana peningkatan mutu.

Keempat, idealisasi praksis pendidikan yang memberikan evaluasi sepenuhnya pada sekolah atau guru belum bisa diterapkan. Rasio kelulusan 60:40 antara UN dan ujian sekolah (US) dipertahankan. Wacana keinginan 50:50 belum diterima, termasuk status lulus UN langsung bisa duduk di perguruan tinggi negeri.

Riuhnya wacana setiap sebelum, selama, dan sesudah UN selalu berujung pada kepanikan peserta. Pemberlakuan UN mengakibatkan banyak cara tidak terpuji, seperti memprioritaskan sejumlah mata pelajaran yang diuji-nasionalkan. Ditambah dengan target kelulusan, sekolah pun berlomba mencapai, bahkan melampaui target. Drilling pelajaran mirip bimbingan belajar dilakukan, kecurangan terjadi di sejumlah tempat dalam berbagai bentuknya.

Dalam kondisi dan konteks di atas, keputusan Kemdikbud merupakan pilihan terbaik. Make the best of it! Penerapannya dalam kondisi saat ini perlu diapresiasi. UN SMP dan SMA/SMK tetap diberlakukan, sementara UN tingkat SD ditiadakan. Evaluasi perlu terus dilakukan, misalnya memperkecil rasio UN:US menjadi 50:50 sebagai langkah berikut.

Konsep praksis pendidikan yang perlu dievaluasi tetap. Perbaiki kualitas pelaksanaannya. Kejujuran harus jadi kriteria utama, bukan hasil. Untuk pembiasaan, UN atau apa pun bentuk evaluasi perlu dilakukan terus-menerus dalam ulangan-ulangan harian. UN menyatu sebagai kegiatan belajar.

Kita kawal UN tingkat SMTA dan tingkat SMP pada 5-8 Mei 2014 sebagai syarat kelulusan siswa, disikapi sebagai proses yang niscaya dengan perbaikan terus-menerus. Biarkan anak-anak kita tenang!

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006082759
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger